Air Mengalir Dari Bawah?

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Tatkla air mengalir dari bawah berarti zaman benar-benar sudah edan.

“Zamane … zamane … zaman edan… Wong tuwo abi perawan. Prawan ne yen bengi nangis wae. Amargo weruh manuke. Manuke manuke cucak rowo. Cucak rowo sing dowo buntute. Buntute sing akeh wulune. Yen digoyang ser …aduh penak e”.

Lirik lagu Cucak Rowo sebenrnya mengingatkan zaman gila dan syairnyapun menganalogikan yang edan-edan.

Namun masyarakat permisif dengan kegilaan syair lagu itu. Melihat gaya renang katak,anyg sungkem ke atas menyepak kesamping menginjak kebawahpun masih dianggap wajar dilakukan para punggawa negara.

Karena mereka produk hutang budi maka wajib hukumnya memberikan buluh bekti glondong pangareng areng.

Buluh bekti tadi diperolehnya dari nyampluk samping kanan kirinya dan tentu juga dari menginjak yang dibawahnya.

Masyarakatpun tahu, kalau para pejabat dan punggawa masih saling melindungi kawan atau jaringannya, Krn nunut eyub, melu mulya, gesang makmur, dan aman terkendali.

Ada pula yang berpendapat: “Selama para pejabat masih pada menganut ilmu setor” kepada atasan negara ini tidak akan pernah baik dan maju. Sebenarnya bukan setor saja tetapi dari atas memang nyedot sehingga air mengalir sungguh-sungguh dari bawah bukan dratas.

“Jer basuki mowo bea itu wajar kalau profesional”. Para pejabat dan punggawanya membuat plesetan kalimat, jer basuki kudu nowo bea, nek ara ana bea ya dadi urusan karo bui.

Sama halnya ditanya apa yang dibawa? Kalau data maka ini menjadi perkara perdata. Kalau membawa dana nah ini baru bisa dipidanakan

Obat waras atau obat edan? Menyehatkan bukan perkara mudah, ini bagaikan menyembuhkan gila yang terwariskan dan membatu dalam otak dan hati nuraninya.

Penyehatannya membutuhkan proses panjang dan keberanian serta niat dari para pemimpinnya. Politicl willnya menyatakan dan menginginkan sehat.

Itu yang terpenting sebagai dasarnya, diikuti dengan membangun infrastrukur dan system-sistemnya, perbaikan sistem edukasi dan penegakkan hukum.

Selama komitmen moralnya tidak ada berarti masih senang bermain-main sebagai orang edan dalam sebuah kewarasan. (CDL-Jkt180515)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share