TRANSINDONESIA.CO – Polri akan melakukan mutasi untuk beberapa posisi strategis, baik di Mabes Polri, sejumlah kapolda maupun kapolres. Mutasi ini merupakan mutasi pertama dalam era duet kepemimpinan Jenderal Pol Badroddin Haiti-Komjen Pol Budi Gunawan (Haiti-BG), yang tujuannya untuk menata organisasi kepemimpinan kepolisian pasca konflik Polri-KPK.
“Informasi yang diperoleh IPW, sejumlah perwira tinggi Akpol 82, 83, 84, dan 85 akan bergeser memegang posisi-posisi strategis, kebetulan pati Akpol 81 (angkatannya mantan Kapolri Sutarman) banyak yang akan memasuki massa pension,” kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane dalam siaran persnya, Kamis (7/5/2015).
Sejumlah kapolda diperkirakan akan bergeser yakni, Kapolda Metro Jaya pengganti Irjen Unggung Cahyono misalnya, ada dua calon kuat, yakni Irjen Mugiharto (Akpol 87) dan Irjen Anas Yusuf (84).
Untuk Kapolda Jawa Barat ada dua calon kuat, Irjen Pudji Hartanto (83) dan Irjen Ngadino (82), Kapolda Jawa Timur calon kuatnya, Irjen Syahrul Mama (83) dan Irjen Condro Kirono (84).
Sementara untuk Kadiv Propam Irjen Aridono, Brigjen Arman Depari, dan Brigjen Syafrizal. Untuk Assisten SDM Irjen Syafaruddin, dan Kadiv TI Polri disebut-sebut calon kuatnya adalah Brigjen Happy Kartika.
“Persegeran diperkirakan terjadi pada akhir pekan ini. IPW berharap Kapolri dan Wakapolri mengedepankan misi revolusi mental dalam menggulirkan mutasi pertama dalam duet kepemimpinan mereka. Sehingga posisi-posisi strategis diisi oleh perwira-perwira yang punya kapabilitas, integritas, profesional, serta mampu bertindaktegas, dan bukan perwira yang loyo meski rekan satu angkatan,” kata Neta.
Dalam menggulirkan revolusi mental, ada empat satuan kerja yang perlu ditata Polri secara cepat dan jangka pendek.
Pertama, unit kerja lalulintas yang kerap dikeluhkan masyarakat karena sulit untuk berubah dan kerap mengganggu citra Polri di lapangan akibat banyaknya oknum-oknum yang bersikap aneh. Kedua, unit kerja SDM yang harus ditata maksimal sehingga mampu memilih dan menempatkan figur-figur berkualitas di posisi-posisi strategis serta menata sistem rekrut dan pendidikan. Ketiga, unit kerja reserse yang perlu diarahkan bekerja cepat, profesional dan anti penyiksaan, dengan fokus pemberantasan korupsi, terutama di daerah. Keempat, revolusi mental harus dilakukan di sektor pengadaan, sehingga proyek-proyek pengadaan di Polri berorientasi tepat guna, efisien, efektif dan tidak mubazir.
“Duet kepemimpinan Haiti-BG, dalam jangka pendek harus mampu menunjukkan kinerja yang lebih meningkat dibanding di era kepemimpinan sebelumnya. Sehingga kontroversi saat proses penetapan mereka sebagai pimpinan Polri tidak berkepanjangan, bahkan publik bisa menilai bahwa keduanya memang figur terbaik untuk Polri,” tambah Neta.(dod)