TRANSINDONESIA.CO – Di era digital, dunia maya seakan merajai dan menjadi tempat bertautnya banyak komunitas untuk dapat mengekspresikan berbagai keinginan, kepentingan sampai ratapannya sekalipun.
Media-media dunia maya semakin berkembang pesat yang mampu menemukan kawan, saudara yang telah lama hilang dalam rimba dunia nyata.
Game, internet, face book, tweeter, instagram, e-mail dan banyak lainnya yang dijembatani juga dari berbagai gadget. Dunia dalam genggaman, teknologi menjadi suatu indra ketujuh, delapan bahkan Sembilan yang dapat diaminkan dimana saja.
Teknologi menjadi simbol maha karya manusia dalam merajai dunia dan isinya. Segala yang ada dalam dunia dapat dimayakan.
Dalam symbol-simbol angka dan kode (digital), tatkala indra belum mampu dunia maya bagian dari alam gaib, namun sekarang yang gaibpun dapat ditangkap dalam dunia maya, entah nyata atau rekayasa semua dibikin antara ada dan tiada.
Yang ada bagai fatamorgana tatkala dapat ditangkap dengan indera berarti ada walau hanya sebatas, dilihat dan didengar.
Fakta dan fatamorgana menjadi beti (beda-beda tipis) dalam kehidupan sekarang ini, mana yang dipuji, dimaki tak lagi ada bedanya. Pahlawan atau pecundangpun bisa disejajarkan bahkan sulit dibedakan.
Penanganan dunia maya sama sulitnya mengendalikan alam raya. Perlu kejelian, kompetensi, infrastruktur, system-sistem untuk menyusun dan membongkar . Tak kalah pentingnya adalah kesadaran, tanggung jawab secara hukum, administrasi dan secara moral sekaligus.(CDL-Jkt070515)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana