Sudahkah Guru Menjadi Kunci Pendidikan?

Ilustrasi Guru
Ilustrasi Guru

TRANSINDONESIA.CO – “Pada pendidikan lah tergantung masa depan bangsa”. Guru merupakan tokoh sentral dalam penddkan untuk mengajarkan, mentransformasi, memotivasi, menginspirasi, mendmpingi, menjadi konsultan bagi murid-muridnya untuk mampu menjadi dirinya sendiri.

Spiritualitas guru inilah hendaknya menjadi acuan dalam pendidikan berkrakter.

Kita masih ingat dan tercatat dalam sejarah bagaimana guru-guru kita menajar di Malaysia, mereka mengimport guru-guru handal dari Indonesia untuk membangun karater bangsanya.

Guru selayaknya ditempatkan pada kelas tertinggi sebagai golongan terhormat, karena mereka yang membuka pintu, jendela pengetahuan sehingga dapat memajukan peradaban suatu bangsa.

Pada kenyataannya, guru bukanlah idola, karena penghargaan yang kurang, kesejahteraan yang pas-pasan. Sehingga banyak guru yang terpaksa mengambil langkah yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang guru.

Dengan berbagai alasan, untuk memenuhi kebutuhanya, ada yang menjadi tukang ojek, panggul dan ironisnya sampai berbuat hal tidak terpuji seperti, memberi bocoran ujian dan menjual nilai.

Guru yang hebat akan menerangkan yang rumit dengan cara sederhana dan dapat menjadi inspirator, morivator, fsilitator, dan pemberi energi positif para murid-muridnya.

Guru “digudu lan ditru”

Guru pekerjaan mulia, pencetak orang-orang hebat, tetapi posisinya tetaplah sama sebagai seorang pendidik. Namun, jasanya tak lekang oleh ruang dan waktu.

Lagu “Oemar Bakri” yang dikarang dan dilantunkan Iwan Fals menganalogikan betpa hebatnya prjuangan guru yang disia-siakan. Walau hidupnya penuh perjuangan dan menghasikan banyak orang penting, orang hebat sampai menjadi pemimpin negeri.

Tatkala akan menghasilkan bangsa yang hebat maka, sangat tergantung dari berapa banyak guru yang hebat tersedia di negeri ini.

Pasca bom atom di Hirosima dan Nagasaki yang ditanyakan Kaisar Hirohito adalah, berapa banyak guru yang masih ada.

Disinilah menunjukan betapa besar perhatian sang Kaisar pada sumber daya manusia sebagai aset utama bangsa.

Tatkala bangsa ini akan membangun menjadi bangsa yang hebat maka, guru-guru hebat semestinya tersedia disemua lembaga pendidikan dan disemua lini.

Sebaliknya, tatkala tidak tersedianya guru-guru hebat atau minimnya guru hebat maka bangsa ini akan lebih banyak jalan ditempat atau malah mundur kebelakang.(CDL-Jkt190315)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share