Bali Defisit Listrik, Tunda Pemasangan Baru

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO – Pulau Bali tengah mengalami krisis listrik. Defisit listrik ini terjadi karena Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk dengan daya 130 MW sedang menjalani pemeliharaan rutin.

Akibatnya, selain terjadi pemadaman bergilir di sejumlah wilayah. Perusahaan Listrik Negara pun terpaksa mengambil kebijakan menunda pemasangan listrik baru sejak 23 Februari 2015 hingga kondisi normal.

“Kondisi sistem kelistrikan Bali mengalami defisit 40 hingga 70 MW perhari yang berakibat terjadinya pemadaman listrik bergilir mulai pukul 18.30 WITA hingga 21.30 WITA,” kata General Manajer PLN Distribusi Bali Syamsul Huda, Rabu (25/2/2015).

Dikatakannya, total daya mampu kelistrikan Bali saat ini adalah sebesar 850 MW. Pasokan ini berasal dari tiga pembangkit listrik di Bali ditambah pasokan listrik dari Pulau Jawa melalui kabel bawah laut. Rinciannya, kata dia, adalah sebagai berikut, PLTG Gilimanuk 130 MW, PLTG Pemaron 88 MW, PLTD/G Pesanggaran 292 MW, kabel laut Jawa-Bali 340 MW.

“Kami mencatat beban puncak tertinggi di Bali mencapai 781 MW. Itu artinya, cadangan listrik di Bali saat ini hanya sebesar 69 MW,” kata Huda.

Dengan kondisi tersebut, akibatnya tak lagi memadai bagi syarat operasi sistem kelistrikan Bali, karena cadangan daya minimal yang diperlukan adalah sebesar kapasitas unit pembangkit terbesar di Bali yakni, PLTG Gilimanuk.

“Dengan keluarnya 130 MW PLTG Gilimanuk mengakibatkan terjadi defisit dan pemadaman bergilir sejak 21 Februari hingga 1 Maret 2015,” ujarnya.

Sejauh ini, untuk menjawab tingginya kebutuhan listrik di Bali dan menambah cadangan listrik, telah dibangun PLTU Celukan Bawang dengan kapasitas 1X130 MW yang siap beroperasi.

“Namun hingga kini belum dapat menyalurkan listrik karena masih ada sebagian saudara kita yang berada di sekitar PLTU belum sepakat dengan penarikan jaringan SUTT dimaksud,” tutupnya.(viv/oki)

Share