TRANSINDONESIA.CO – Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Effendi Simbolon mengritik keras kinerja Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Widjajanto. Ia menyebut Andi sebagai seorang pengkhianat yang kerap memberikan masukan tidak tepat kepada Presiden Joko Widodo.
Pernyataan itu disampaikan Effendi saat diskusi publik “Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK” di Universitas Paramadina Jakarta, Senin (26/1/2015).
“Itu pengkhianat, anak baru kemarin tapi ngatur-ngatur negeri ini. Itu kurang ajar sekali,” katanya.
Effendi menyebut, Andi adalah orang yang kurang berpengalaman sehingga masukan ataupun saran yang dialamatkan kepada Presiden Jokowi kerap tidak tepat sasaran. Ia menuding, kondisi yang terjadi saat ini merupakan buah dari berbagai saran dan pendapat salah yang diterima oleh Presiden.
“Bapaknya (Theo Syafei) saja tidak seperti dia (Andi), saya kenal bapaknya almarhum Pak Theo, tidak sok ngatur seperti dia. Yang diatur prematur lagi, ya sudah. Yang ngatur anak kecil, yang diatur prematur ya jadi dah tuh inkubator,” ujar dia.
Kecaman pedas ini disampaikan Effendi terkait berbagai hal menyangkut kinerja Presiden selama 100 hari kepemimpinannya. Walau menegaskan tidak cukup memberikan penilaian dalam kurun waktu 100 hari, namun, Effendi tetap memberikan sorotan terutama terkait kebijakan Presiden yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat harga minyak dunia turun.
Effendi mengaku, menolak keras kebijakan tersebut karena sangat mengherankan jika harga BBM bersubsidi diserahkan ke mekanisme pasar. Padahal, hal tersebut melanggar Undang-Undang.
Effendi mengaku merasa empati dengan posisi Presiden yang saat ini tengah menghadapi beragam masalah. “Saya pribadi kasihan. Saya terus terang merasa miris, saya takut,” ujar Effendi.
Effendi menyatakan dirinya saat ini memiliki perasaan yang serupa dengan publik kebanyakan, yakni linglung untuk menarik segala akar persoalan yang telah terjadi.
“Saya orangnya optimistis, tapi saat ini saya sama rasanya seperti anda, kita benar-benar menjadi orang linglung, dari mana menarik persoalan ini,” kata dia.
Dia mengatakan presiden muncul di hadapan publik di tengah persoalan KPK-Polri, tetapi kemunculannya yang hanya sebentar itu dipandang tidak jelas inti pembicaraannya.
“Muncul presiden di televisi dua-tiga menit tapi tidak ngerti dia ngomong apa. Dia bilang, kamu (KPK-Polri) baik-baik ya, jangan gesekan, wis yang baik kerja, apa itu?” tanya Effendi.
Effendi menekankan celah bagi pihak luar untuk menekan Jokowi cukup banyak. Namun dia meminta seluruh pihak bisa memberikan kesempatan bagi Jokowi untuk bekerja.
“Ini bagaikan sebuah “turbulence” dalam pesawat, mudah-mudahan satu bulan ke depan bisa clear weather. Tapi akan ada turbulence kedua yakni jika APBNP 2015 tidak bisa disahkan, maka pemerintahan bisa game over,” katanya.(pi/dod)