China Ciptakan 40 Ribu Jutawan Baru

orang-orang-terkaya-dunia

TRANSINDONESIA.CO – China menciptakan 40 ribu jutawan baru pada tahun lalu sehingga total orang kaya di negara itu menembus 1,09 juta orang. Menurut Hurun Research Institute, para para jutawan itu memiliki kekayaan pribadi sebesar 10 juta yuan atau setara US$ 1,6 juta.

Sedangkan jumlah orang di China yang memiliki kekayaan senilai 100 juta yuan atau US$ 16 juta, meningkat sebesar 2.500 orang menjadi 67 ribu orang.

Dikutip dari CNBC, Minggu (14/9/2014), angka itu tumbuh 3,8 persen atau naik tipis dari tahun sebelumnya 3 persen. Namun, angka itu hanya setengah dari tingkat pertumbuhan ekonomi pada 2010 dan 2011, yang menunjukkan terjadinya perlambatan ekonomi China.

Imbas dari perlambatan ekonomi terhadap para jutawan di China ditunjukkan dengan menurunnya penjualan barang mewah mulai dari jam tangan, anggur, tas hingga lamborghini. Namun Kepala Riset hurun, Rupert Hoogewerf menyatakan, pertumbuhan jutawan di Negeri Tirai Bambu ini masih solid.

“Meski kami melihat dar perlambatan dalam pengeluaran, tapi uang masih sangat banyak di sana,” kata Hoogewerf.

Laporan itu mengatakan 55 persen dari jutawan pemilik bisnis swasta. Satu dari lima orang adalah eksekutif senior di perusahaan besar dan 15 persen terdaftar sebagai investor real estate. Hanya 10 persen yang digambarkan sebagai investor pasar saham profesional atau mereka yang sumber penghasilan utamanya adalah saham dan investasi keuangan.

Beijing dan Guangdong memiliki paling banyak jutawan dengan jumlah masing-masing 192 ribu dan 180 ribu orang. Kemudian diikuti oleh Shanghai dengan 159 ribu jutawan. Namun Shanghai memiliki pertumbuhan jutawan tercepat dengan mencetak 12 ribu jutawan baru pada 2013. Beijing dan Guangdong masing-masing menambah 8.000 jutawan, dan Shenzhen menambahkan 4.000 orang kaya.

Memperkirakan kekayaan pribadi orang di Cina adalah tugas yang sulit, mengingat kurangnya transparansi dan kekayaan tidak dilaporkan dan pendapatan. Hurun Report mengatakan menggunakan pendekatan bottom-up dan top-down, dengan melihat penjualan barang mewah,  volume penjualan mobil mewah, pajak penghasilan, dan modal terdaftar perusahaan. Riset ini juga menggunakan ukuran produk domestik bruto dan produk nasional bruto.(lp/sis)

Share