TRANSINDONESIA.CO – Pedagang korban kebakaran memilih tetap bertahan mendirikan kios darurat di lokasi bekas kebakaran pasar Tinanggea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindusrtrian Konawe Selatan, Abdullah di Andoolo, Minggu (29/6/2014), mengatakan, pemerintah daerah sudah menemui dan mengimbau pedagang sejak sebulan lalu agar memanfaatkan pasar permanen di Kelurahan Ngapaaha.
Namun ajakan pemerintah diabaikan sebagian pedagang, bahkan para pedagang masih tetap bertahan dan menjajakan dagangannya di halaman rumah penduduk dan bahu jalan.
Sehingga pasar percontohan yang dibangun dengan anggaran Rp10 miliar yang telah diresmikan Bupati Konawe Selatan, Imran pertengahan April 2014 lalu masih sepi dari aktifitas.
Jarak pasar percontohan di Kelurahan Ngapaaha yang didanai APBN senilai Rp10 miliar dengan lokasi eks pasar Tinanggea sekitar 1,5 kilometer.
Pemerintah menilai pedagang bandel karena sudah berulang-ulang diarahkan agar memanfaatkan pasar percontohan namun sebagian besar mengesampingkan.
“Saya juga bingung dengan pedagang eks pasar Tinanggea yang tetap membandel dan tetap bertahan. Pemerintah telah membangunkan pasar yang baik, tetapi pedagangnya tidak mau pindah,” ujar Kadis Abdullah.
Menurut dia, pemerintah kabupaten telah menyerahkan pengelolaan pasar kepada pemerintah kecamatan, pemerintah kelurahan Tinanggea dan Ngapaaha, termasuk pengelola pasar.
“Diimbau kepada pedagang eks pasar Tinanggea untuk segera pindah dan berdagang di pasar baru di Kelurahan Ngapaaha. Karena jika terus bertahan, maka pasar yang ada tersebut mubazir,” katanya.
Lurah Tinanggea Irwan mengakui, jika instruksi dan imbauan terus disampaikan, tetapi pedagang juga tetap bertahan dan berdagang di eks pasar Tinanggea.
“Apakah kita harus bertindak paksa, agar mereka mau pindah. Pastinya imbauan dan pendekatan-pendekatan kekeluargaan juga sudah berulang-ulang, tetapi pedagang tetap menolak pindah,” kata Irwan.
Sementara itu salah seorang warga Kelurahan Ngapaaha, Halim mengaku pedangang eks pasar enggan pindah, karena ketidak tegasan pemerintah merelokasi pedagang.
“Kalau hanya sekedar imbauan, pedagang enggan pindah karena pasar yang baru masih sepi dan lokasinya jauh dari kompleks pemukiman warga,” katanya.
Untuk meramaikan maka pedagang harus pindah semua dan tidak mentolerir bagi pedagang yang tetap bertahan dan berdagang di eks pasar Tinanggea.(ant/jei)