TRANSINDONESIA.CO – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kabupaten Jember, Jawa Timur, berunjuk rasa menuntut pemerintah kabupaten setempat untuk menuntaskan angka buta aksara dan aksi tersebut dilakukan di halaman DPRD Jember, Rabu (7/5/2014).
“Jumlah penyandang buta aksara di Jember cukup banyak, sehingga harus ada solusi terkait dengan persoalan itu,” kata koordinator aksi Farid Faisal.
Sejumlah perwakilan mahasiswa ditemui oleh Ketua Komisi D DPRD Jember dan sejumlah pejabat Dinas Pendidikan kabupaten di ruangan Badan Musyawarah (Banmus) DPRD setempat.
“Kami ingin mendapatkan data yang valid terkait dengan jumlah penyandang buta aksara di Jember, namun justru pihak instansi dinas pendidikan menutupi angka tersebut,” tuturnya.
Ia juga menyayangkan pemukulan yang dilakukan sejumlah anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan aparat kepolisian terhadap sejumlah mahasiswa HMI yang melakukan demonstrasi pada Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di alun-alun Pemkab Jember, Jumat (2/5/2014) lalu.
“Mahasiswa hanya ingin menyampaikan aspirasi dan memberikan kritikan kepada pemerintah yang tidak serius menangani kasus buta aksara, namun justru kami dipukuli,” keluhnya.
Ketua Komisi D DPRD Jember, Ayub Junaidi mengatakan anggota dewan sudah meminta Dinas Pendidikan Jember untuk menuntaskan buta aksara karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 tercatat bahwa Jember merupakan kabupaten tertinggi angka buta aksara di seluruh Indonesia.
“Hal ini sangat memalukan karena banyak perguruan tinggi negeri dan swasta di Kabupaten Jember, namun angka buta aksara masih tetap tinggi,” ucap politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ia berharap mahasiswa HMI juga berperan serta dalam menuntaskan persoalan buta aksara di Jember, sehingga tidak ada lagi masyarakat yang tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung.
Sementara Sekretaris Dinas Pendidikan Jember Subadri Habib mengatakan pihaknya sudah melakukan program pengentasan buta aksara setiap tahunnya sebanyak 30.000 warga penyandang buta aksara, namun target tersebut tidak tercapai 100 persen.
“Dari 30 ribu sasaran penyandang buta aksara pada tahun 2013, program keaksaraan fungsional berhasil menuntaskan sebanyak 26.030 warga Jember, sedangkan sisanya putus ditengah jalan dan tidak melanjutkan program tersebut,” paparnya.
Data di Dinas Pendidikan Jember tercatat jumlah warga buta aksara usia produktif (15-59 tahun) yang tersebar di 31 kecamatan sebanyak 213.609 orang.(ant/ats)