Harga Karet Turun, DPR: Pemerintah Harus Bangun Industri Pengolahan Domestik

kebun karet

 

TRANSINDONESIA.co, Jakarta : Dalam beberapa bulan terakhir, harga karet turun drastis dan disinyalir membuat para petani khususnya di Kepulauan Bangka Belitung menderita.

Anggota Komisi IV DPR-RI, Anton Sukartono Suratto, menyatakan dibanding pada akhir tahun 2013 dimana harga karet mampu mencapai Rp8.000 perkilogram, kini hanya Rp6.500.

Akibat turunnya harga karet di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Bangka Belitung, petani diharap siap menghadapi harga yang berfluktuasi. Penurunan harga bisa terjadi dalam waktu yang lama karena dipengaruhi krisis ekonomi di Eropa yang tak mungkin bisa segera selesai.

Walau demikian, Politisi Partai Demokrat itu menilai ada solusi terbaik yang harus dilakukan, yakni dengan mengatur supply dan demand melalui Kementerian Perdagangan.

“Pemerintah harus mampu mendorong pengembangan industri hilir dan industri hulu domestik,” kata Anton di Jakarta, Minggu (9/3/2014).

“Karena pengembangan hilir domestik dapat mengurangi ketergantungan sektor perkebunan terhadap situasi pasar komoditas primer internasional.”

Lebih jauh Anton yang kini menjadi Caleg PD Daerah Pemilihan Jabar V, menjelaskan saat ini Indonesia baru memanfaatkan tidak lebih 13 persen produksi karet alam nasional untuk industri hilir.

Mengingat 85 persen dari luas perkebunan karet Indonesia merupakan perkebunan rakyat, maka mereka mampu menghasilkan produk karet alam sebanyak 2.210 juta ton. Di sisi lain, perusahaan perkebunan negara (BUMN) menghasilkan karet 252.000 ton, dan perkebunan besar swasta diperkirakan mampu memproduksi 274.000 ton karet alam pada tahun 2010 dan menjadi 276.000 ton pada tahun 2011.

“Masalahnya, tinggal bagaimana pemerintah memberikan berbagai skema insentif kepada para investor untuk mengembangkan industri karet ini dengan menyediakan teknologi,” paparnya.

Sementara, dari sektor hulu, jelasnya, pemerintah diharapkan juga membantu petani dalam mengintensifikasi tanaman karet, sehingga para petani tidak perlu memiliki lahan yang luas. Akan tetapi, bagaimana petani dapat meningkatkan produktivitasnya dari 1.000 kilogram menjadii 1.500-1.800 kilogram perhektare.

Sementara Kartini Tilawati, Caleg PD dari Bangka Belitung, menambahkan harga karet selama ini memang ditentukan oleh harga karet dunia. Sehingga ketika pasaran harga di dunia turun, maka pasaran harga di tingkat petani juga akan turun.

“Nah, mestinya petani tidak hanya mengandalkan produksi karet, tetapi bagaimana agar mereka diiversifikasi tanaman-tanaman yang menguntungkan atau komoditas pertanian lain yang bisa menopang penghidupan mereka,” jelas Kartini.(bs/lin)

Share