Komjen Pol Badrodin Haiti.(dok)
TRANSINDONESIA.co, Jakarta : Tak tempuh pendidikan Sespimti (dulu Sespati), Sekolah pendidikan perwira tinggi, Kapolri Jenderal Pol Sutarman pagi inu melantik Komjen Pol Badrodin Haiti menjadi Wakapolri setelah ditunjuk dalam surat telegram Kapolri pekan lalu.
Hal itu pula yang sempat berkembang dan menjadi pembicaraan ‘bisik-bisik’ dikalangan para jenderal di Markas Polri pagi tadi. Selain itu ada pula beberapa diantara mereka yang sempat menyentil Badrodin masuk dalam daftar ‘rekening gendut’ yang sampai saat ini tak jelas pengungkapan ‘rekening gendut’ para petinggi Polri yang seepat ramai dibicarakan dan menjadi pemberitaan media di anah air.
Acara serah terima jabatan Wakapolri dari Komjen Oegroseno kepada Komjen Badrodin Haiti yang digelar di Mabes Polri, Selasa (4/3/2014), dienternal Polri sendiri menyebutkan ada yang kurang pas jabatan yang diemban Badrodin.
“Kurang pas (Badrodin jadi Wakapolri). Sekolah tertinggi di Polri itu Sespati dan bukan Lemhannas. Yang bagus Sespati dulu baru ikut Lemhannas singkat. Tapi bagaimana lagi, itu pilihan Kapolri,” kata seorang jenderal dilingkungan Mabes Polri seperti dikutip dari beritasatu.com Selasa (4/3/2014).
Untuk bisa menjadi seorang jenderal Polri, di masa lalu, seorang perwira Polri diharuskan menempuh pendidikan Sespati. Namun, belakangan, jalur ini di by pass hanya cukup dengan Lemhanas.
“Kita harusnya konsisten. Kalau belum Sespati, meski sudah Lemhanas, ya harusnya jangan jadi Wakapolri,” bebernya.
Badrodin memang belum pernah menempuh Sespati. Namun jenderal bintang tiga ini tidak mau menanggapi perihal kritikan yang menerpanya di internal Polri.
Begitupun dengan Kapolri Jenderal Sutarman yang juga memilih tidak menanggapi kritikan jika Badrodin seharusnya tak diangkat sebagai Wakapolri.
Pendapat lain justru muncul dari mantan Wakapolri Komjen (pur) Nanan Soekarna.
“Ya next, kedepan memang yang nggak Sespati nggak boleh (jadi jenderal dan apalagi Wakapolri). Saya juga nggak Sespati kan,” kata Nanan yang diihungi Beritasatu.com secara terpisah.
Meski sudah lulus Lemhanas? Nanan menjawab,”Lemhanas itu sebenarnya tak ada hubungannya dengan profesionalisme Polri. (Harusnya lulus) Sespati dulu itulah pendidikan dalam polisi yang membentuk leadership. Manajemen polisi khas kepolisian yang beda dengan militer.”
Seperti diberitakan, Badrodin menggantikan Oegroseno yang memasuki masa pensiun.
Badrodin dan Oegroseno adalah dua tokoh di Polri yang unik di dalam tubuh Polri. Itu karena keduanya kerap saling ganti menggantikan satu sama lain.
Misalnya saja saat Oegroseno digeser dari posisinya sebagai Kapolda Sulteng pada 2006, maka Badrodin-lah yang saat itu menggantikan Oegroseno.
Lalu cerita berbalik pada saat Badrodin menjabat Kapolda Sumatera Utara pada 14 Februari 2009-5 Maret 2010. Saat itu malah Badrodin yang digeser Oegroseno.
Cerita masih berlanjut saat Oegroseno yang menjabat Kabaharkam dipromosikan menjadi Wakapolri pada Agustus 2013 (menggantikan Komjen Nanan Soekarna yang pensiun), maka Badrodin lah yang mengisi posisi Oegroseno sebagai Kabaharkam.
Dan kini, disaat Oegroseno pensiun, maka posisi Wakapolri yang ditinggalkan pun diisi Badrodin.
Badrodin adalah jenderal berdarah Madura yang lahir di Jember, Jawa Timur pada 24 Juli 1958. Dia adalah lulusan Akpol terbaik angkatan 82.
Sementara, banyak kalangan masyrakat yang mendesak agar ‘rekening gendut’ yang dimiliki perwira tinggi Polri diusut tuntas, ternayata sampai saat ini tak jelas bagaimana pengusutan dan penyidikannya.
Masyrakat hanya dapat berharap munculnya sosok Kapolri yang benar-benar bisa menuntaskan persoalan di internal Polri sehingga Polri menjadi harapan dan dambaan masyrakat sepenuhnya.(bs/yan)