Besok, Suku Moni dan Dani Segera Gelar Perdamaian

timikaIlustrasi pertikaian antar kelompok suku di Papua.

Trans Global

 

TRANSINDONESIA.co, Timika : Dua kelompok Suku Moni dan Suku Dani di  Timika, Papua, yang bertikai akan menggelar acara perdamaian dengan melakukan ritual adat patah panah bertempat di Djayanti-Mayon, Distrik Kuala Kencana, Sabtu (1/3/2014).

Kabag Ops Polres Mimika Komisaris Polisi Arnolis Korwa kepada Antara di Timika, Jumat mengatakan ritual adat patah panah itu merupakan pertanda bahwa kedua kelompok sepakat menyudahi pertikaian sebelumnya.

Warga Suku Moni dan Dani di Timika sempat terlibat konflik terbuka mulai dari Kali Pindah-pindah Jalan Trans Timika-Paniai, kemudian berlanjut di kompleks Djayanti-Mayon, Kuala Kencana.

Kedua warga suku pegunungan Papua itu terlibat konflik karena memperebutkan lahan tanah ulayat di sekitar Kali Kamoro, Jalan Trans Timika-Paniai.

“Apa yang menjadi dasar yang menyebabkan pertikaian dua kelompok warga ini tetap akan ditindaklanjuti oleh tim pemetaan tanah hak ulayat Pemkab Mimika. Selama belum ada hasil kerja tim tersebut, dua kubu harus menahan diri untuk tidak beraktivitas di lokasi yang disengketakan. Kalau ada yang masih beraktivitas di lahan sengketa, maka itu berarti menyalahi kesepakatan,” jelas Korwa.

Meski kedua kubu sudah tidak lagi saling menyerang satu dengan yang lain, namun hingga kini polisi masih terus bersiaga di sekitar perempatan Djayanti-Mayon.

“Anggota kami sampai hari ini masih tetap melakukan pengamanan di Djayanti,” kata Korwa.

Sementara itu terkait sengketa lahan di kawasan Irigasi-Pasar Sentral antara Suku Amungme dengan Suku Dani, polisi masih menunggu kehadiran Direktur Eksekutif Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (LEMASA), Anton Alomang untuk menentukan patok batas area kedua suku.

“Masyarakat berharap pihak-pihak terkait itu segera hadir untuk menetapkan patok batas agar di kemudian hari persoalan serupa tidak terulang kembali,” tutur Arnolis Korwa.

Kedua kubu yang bersengketa di lahan kawasan Irigasi-Pasar Sentral sudah melakukan ritual adat patah panah untuk menghentikan konflik. Sebagaimana di Djayanti-Mayon, polisi juga masih terus bersiaga di lahan sengketa Irigasi-Pasar Sentral untuk mencegah terulang kembali bentrok antara warga Suku Amungme dengan Suku Dani.(ant/kum)

 

Share