TRANSINDONESIA.co, Ambon : Dalam pandangan pendekatan budaya global, kekuatan tradisi di dunia timur menjadi daya tarik bagi masyarakat barat.
“Pada zaman ini barat dipandang sebagai sesuatu yang sudah modern, sedangkan timur dilihat dari sisi budaya dan tradisi yang masih kuat, itulah yang menjadi perbedaan daya tarik,” kata kata Pengamat Budaya dan Kesenian Maluku Semmy Toisuta, di Ambon, Senin (3/2/2014).
Semmy yang juga Kepala Taman Budaya Maluku mengatakan, kekuatan tradisi murni yang ada di timur, salah satunya Indonesia, di bidang pariwisata jauh lebih menjual daripada budaya populer yang sudah tersentuh modernisasi.
Namun dalam ranah industri, justru yang paling sering terpublikasi adalah kesenian tradisi yang sudah dicampur adukan dengan budaya populer, sehingga yang lebih banyak muncul adalah budaya yang didesain.
“Untuk kepentingan industri, khususnya ekonomi kreatif, budaya yang didesain sangat bisa diterima tetapi itu membuat kita hampir tidak bisa membedakan mana budaya timur dan barat,” katanya.
Menurut Semmy, kesenian Maluku yang menjadi bagian dari tradisi budaya di kawasan timur Indonesia, mempunyai ciri khas yang kuat dalam seni musik, dengan lebih banyak instrumen akustik, kapata (syair kuno) dan kapanya (nyanyian kuno).
Sedangkan untuk tari-tarian tradisional, secara umum lebih menitik-beratkan pada gerakan dan kelincahan kaki.
“Secara umum yang paling menonjol adalah musik, kalau tarian kita sangat monoton, pada dasarnya lebih menonjol pada gerakan dan kelincahan kaki,” ucapnya.
Ia menambahkan dalam berbagai penampilan, kesenian tradisional Maluku yang dipertontonkan sebagai ikon dari tradisi dan budaya Indonesia di beberapa negara, mendapatkan apresiasi yang sangat luar biasa.
“Dalam setiap kesempatan tampil di luar negeri, kesenian tradisional kita mampu mendapatkan apresiasi yang sama dengan kesenian dari daerah lainnya,” ujarnya.(ant/tbm/zai)