Iran Tuduh Obama Memalsukan Sejarah
TRANSINDONESIA, Teheran : Iran bersedia untuk melakukan negosiasi mengenai program nuklirnya. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pun mengatakan, kesediaan Iran itu merupakan hasil dari sanksi yang diberikan kepada Iran. Ucapan Obama picu kemarahan Iran.
Negeri Paramullah pun mementahkan ucapan Obama tersebut sebagai komentar yang tidak benar dan tidak konstruktif. “Ucapan yang menyebutkan bahwa sanksi yang mendorong Iran untuk melakukan negosiasi nuklir, adalah sebuah pemalsuan sejarah,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham, seperti dikutip Reuters, Sabtu (1/2/2014).
Sebelumnya Obama menyatakan, tekanan AS dan dunia internasional telah membuat Iran kepakatan negosiasi antara Iran dengan enam negara besar. Negosiasi tersebut juga membuat Iran sepakat untuk mengkaji ulang program pengayaan uranium yang mereka miliki.
“Diplomasi Amerika, yang didukung dengan tekanan, telah menunda program nuklir Iran. Sanksi yang kita terapkan, membuat kesempatan ini berhasil,” menurut Obama pada pidato kenegaraannya pada Selasa 28 Januari 2014 lalu.
Bagi Afkham komentar dari Obama adalah sebuah kesalahan besar. “Salah besar bila menganggap interpretasi Iran bisa memberikan kesempatan bagi negara Barat, untuk memiliki hubungan apapun dengan Iran,” klaim Afkham.
Afkham juga membantah bahwa diplomasi yang digembar-gemborkan Obama berhasil membuka pintu yang bisa menghadap program nuklir Iran.
“Amerika mengatakan berhasil mencegah Iran untuk membuat senjata nuklir, sebagai prestasi terbesar mereka. Tetapi itu semua salah, karena Iran tidak pernah membuat senjata nuklir dan tidak akan pernah membuatnya di masa depan,” tegas Afkham.
Sebagai bagian dari perjanjian nuklir Iran dengan enam kekuatan besar di Jenewa pekan lalu, Iran berkomitmen untuk membatasi pengayaan uraniumnya hingga lima persen. Perjanjian yang akan berlaku pekan depan ini, juga mengharuskan Iran menunda produksi uranium yang sudah diproses hingga 20 persen.(rts/fen)