Vladimir Putin dan istrinya Lyudmila.(afp)
TRANSINDONESIA, Moskow : Kelompok militan Islam Rusia dari Kaukasus Utara menyebar ancaman terhadap pelaksanaan olimpiade musim dingin di Sochi, Rusia. Ancaman itu dilakukan melalui rekaman video yang disebarkan secara online di dunia maya. Mereka mengaku akan menyerang olimpiade yang akan digelar pada 7-23 Februari itu.
“Jika Anda menggelar Olimpiade, Anda akan menerima hadiah dari kami… untuk Anda dan semua wisatawan yang akan datang. Ini akan menjadi balasan untuk semua darah Muslim yang telah ditumpahkan setiap hari di seluruh dunia, baik itu di Afghanistan, Somalia, Suriah, di seluruh dunia. Ini akan menjadi pembalasan kami,” demikian rekaman video itu.
Dalam video itu juga terungkap, dua orang dari kelompok Vilayat Dagestan, terkait dengan faksi Irak yang disebut Ansar al-Sunna melakukan dua serangan bom di Volgograd bulan lalu. Dalam peristiwa itu, 34 orang tewas dan lebih dari 100 orang luka-luka.
Dagestan, bagian dari Kaukasus Utara Rusia, merupakan wilayah yang rawan. Sejumlah pertempuran terjadi antara kaum pemberontak Islam dengan tentara Rusia. Kelompok pemberontak itu ingin memperjuangkan kemerdekaan negara Islam.
Sementara itu, Moskow menanggapi aksi pemberontakan besar-besaran itu dengan aksi keras. Bahkan, banyak pihak menilai terlalu tangan besi.
Pemimpin pemberontak, Doku Umarov sebelumnya memang telah mendesak para pejuang untuk menyerang Olimpiade Sochi, yang terletak di tepi barat pegunungan Kaukasus.
Menanggapi ancaman itu, Pemerintah Rusia sudah melakukan langkah-langkah keamanan yang super ketat di kawasan bagian selatan Sochi. Puluhan ribu polisi Rusia, agen keamanan, petugas penyelamat, dan tentara, telah dikerahkan untuk mengamankan pergelaran olahraga akbar sedunia itu.
Olimpiade musim dingin itu dianggap menjadi taruhan dan gengsi khusus bagi Putin. Sebab, pergelaran itu merupakan ajang akbar yang digelar pertama kali di Rusia, setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.(Aljazeera/fen)