Wartawan Meksiko Tewas Mengenaskan

TRANSINDONESIA.CO – Seorang wartawan perempuan yang meliput berita kriminal di Meksiko ditemukan tewas secara mengenaskan pekan ini. Jasad sang wartawan ditemukan tergeletak di pinggir jalan raya, tanpa busana dan terikat serta kepalanya terbungkus kantong plastik.

Kantor Kejaksaan Agung untuk negara bagian Puebla sempat melaporkan penemuan jasad wanita mengenaskan tersebut, tetapi belum mempublikasikan identitasnya. Pada Selasa (9/2) Kantor Kejaksaan Agung untuk negara bagian Veracruz mengidentifikasi wanita tersebut sebagai Flores Salazar.

Dilaporkan CNN pada Rabu (10/2/2016), Kantor Kejaksaan Agung Veracruz menyatakan bahwa sekitar pukul 2 pagi pada hari sebelum Salazar ditemukan tewas, wanita ini diculik oleh sekelompok pria bersenjata dari rumahnya.

Saksi mata di lokasi kejadian menyatakan bahwa seseorang membiarkan pelaku penyerangan masuk ke rumahnya. Menurut kesaksian Sandra Luz Salazar, bibi dari Flores Salazar kepada Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) bahwa sebanyak delapan orang penyerang bersenjata atau lebih mengenakan seragam militer menghampiri rumah Salazar dan mencarinya.

Mereka mengklaim memiliki surat perintah penangkapan wartawan dan memaksa Salazar masuk ke salah satu dari tiga truk berwarna abu-abu yang diparkir di luar.

“Kami memohon kepada mereka untuk tidak membawanya. Saya mengatakan bahwa dia baru saja memiliki bayi,” kata sang bibi.

Gubernur Veracruz Javier Duarte kemudian berkicau dalam akun Twitter miliknya bahwa penculik Salazar melarikan diri dengan kendaraan curian.

Kantor jaksa agung federal Meksiko menyatakan Jaksa khusus untuk Kejahatan terhadap Kebebasan Berekspresi akan menyelidiki kasus penculikan dan kematian Salazar.

Ilustrasi
Ilustrasi

CPJ menempatkan Meksiko sebagai salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi wartawan. Ancaman tersebesar di negara itu disebabkan oleh kejahatan terorganisir, termasuk oleh kartel narkoba yang berkuasa.

Sejak 2011, sebanyak 11 wartawan tewas karena “pembalasan langsung atas pekerjaan mereka,” menurut laporan CPJ.

Veracruz sendiri termasuk salah satu tempat paling berbahaya di Meksiko. CPJ mengatakan bahwa enam dari 11 kematian terkonfirmasi di Meksiko selama lima tahun terakhir terjadi di negara bagian tersebut. Angka itu tidak termasuk pembunuhan setidaknya tujuh wartawan dengan motif yang tidak jelas dan hilangnya tiga wartawan lain.

Musim panas lalu, seorang wartawan foto, Ruben Espinosa memutuskan untuk meninggalkan Veracruz karena tindak kekerasan terhadap media “mempersulit tugas jurnalisme,” katanya dalam rekaman wawancara terakhirnya.

“Saya harus meninggalkan [Veracruz] bukan karena menerima ancaman langsung, tapi saya menerima pesan [ancaman],” kata Espinosa dalam wawancara dengan media RompeViento.

“[Ancaman] itu baru-baru ini ketika para siswa diserang dan dipukuli secara brutal dengan parang. Dalam situasi ini, kita tidak bisa melakukan agresi atau intimidasi, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Veracruz adalah sebuah negara tanpa hukum,” kata Espinosa dalam rekaman itu.

Espinosa kemudian mencari perlindungan di Mexico City. Namun nahas, dia termasuk di antara lima orang ditemukan ditembak mati di sebuah apartemen di ibu kota, menurut pejabat dan kelompok advokasi kebebasan pers.[Nov]

Share
Leave a comment