Para Pejuang Tak Harus Terkenal

TRANSINDONESIA.CO – Siapakah para pejuang itu? Orang yang berkuasakah? Orang yang kaya? Orang yang banyak pengikutnya? Orang yang selalu dipuja-puji di mana-mana? Orang yang selalu sukses? Orang yang terhormat dan tinggi pangkat, jabatan serta derajadnya? Orang yang pandai? Orang yang super sibuk? Orang yang memiliki kesaktian? Orang yang memiliki sejata? Orang yang menjadi panutan? Orang yang bisa menang-menangan? Orang yang nampak suci, religius? Itu semua bukanlah jaminan.

Pejuang adalah orang-orang yang berani memperjuangkan keadilan, kebenaran, kemanusiaan yang konsisten, konsekuen. Dengan penuh ketulusan, keiklasan, keberanian untuk berkorban bahkan dikorbankan.

Apa yang dilakukan menjadi symbol-simbol pembangunan peradaban, merefleksikan tingkat Kecerdasan dan tingkat peradabannya. Memilih cara-cara rasional, tanpa kekerasan, tanpa paksaan, tanpa ancaman, tanpa tekanan, dan lebih mengedepankan pada keteladanan, komunikasi dalam mencari solusi.

Ilustrasi
Ilustrasi

Perjuangan bisa dilakukan siapa saja, di semua lini. Perjuangan bukanlah ladang yang eksklusif melain terbuka bagi siapa saja yang mau dan mampu melakukan apa saja demi memanusiakan sesamanya manusia.

Pejuang bisa dikategorikan orang yang memiliki nyali, ketekunan, ketulus hatian, menginspirasi, memotivasi, memberdayakan, menyadarkan, menemani (kaum marginal) untuk membela ketidak adilan, diskriminasi. Para pejuang ini bangga dan mencintai pekerjaannya demi memanusiakan sesamanya.

Para pejuang ini bisa dikategorikan sebagai pelopor, perintis, pionir, memiliki keteguhan hati (komitmen, konsisten, konsekuen). Menyelesaikan masalah tanpa masalah. Menegakkan kemanusiaan dari segala sisi, keilmuan, keterampilan, tenologi, seni dan budaya, kepekaan, kepedulian, banyak pendekatan lainnya.

Para pejuang bisa saja dilupakan atau bahkan menjadi tumbal atas apa yang diperjuangkannya. Wiji thukul hilang entah kemana, sosok sederhana penyair yang pernah menjadi tukang becak. Kalimat inspirasinya “hanya satu kata LAWAN!!!” , menjadi ikon perjuangan reformasi.

Tino Sidin, guru gambar di TVRI pada acara gemar menggambar. Kalimat motivasinya “ya… bagus”. Mendorong anak-anak untuk berani berkarya dan tidak takut melakukan kesalahan-kesalahan.

Ibu Kartini, dengan tulisan surat-suratnya yang diterbitkan dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” menginspirasi untuk emansipasi.

Jendral Hoegeng Iman Santosa “memang baik menjadi orang penting, tetapi lebih penting menjadi orang baik”. Pak Hoegeng menjadi ikon Polisi sipil yang anti KKN.

Mereka hanyalah contoh, masih banyak pejuang-pejuang dari berbagai kalangan. Para guru, petani, pedagang, buruh, pegawai, anggota TNI, Polri, wartawan, seniman, pengusaha, dokter, insinyur, perawat, pemimpin dan tokoh masyarakat, mahasiswa, pelajar, tukang, peneliti, relawan, pegawai pemerintah maupun swasta.

Semua lini, diantara mereka ada para pejuang. Ada tokoh-tokoh yang mewakili zamanya dan berjuang demi memanusiakan sesamanya manusia.

Para pejuang ini bukanlah yang terkenal saja, namun diantara mereka yang tak dikenal, dibenci, difitnah, dihukum, dizolimi, didiskriminasi, disingkirkan hingga dihukum mati.

Namun keringat dan darah perjuanganya tidak sia-sia, perlahan namun pasti suatu ketika akan terungkap dan diungkapkan, melegenda sepanjang zaman.[CDL17112016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share