Muslim AS: ‘Ini Rumah Kami, Kami Tidak Akan Pergi’

TRANSINDONESIA.CO – Para pemimpin agama dan aktivis hak-hak sipil memperingatkan Presiden AS terpilih, Donald Trump, bahwa Muslim Amerika akan tetap tinggal di AS. Kontroversi keberadaan Muslim muncul setelah Trump mengusulkan untuk melarang imigrasi semua Muslim ke AS, 10 bulan lalu.

Larangan itu ditanggapi juga oleh Direktur Eksekutif Nasional Council of American-Islamic Relation (CAIR), Nihad Awad. Menurutnya, umat Islam tidak akan bergerak dari AS, siapapun yang terpilih menjadi presiden.

“Ini rumah kami, kami tidak akan pergi. Kami tidak akan terintimidasi atau terpinggirkan. Insya Allah, komunitas Muslim Amerika akan terus menentang kefanatikan, untuk menegakkan keadilan dan melindungi kebebasan hak semua warga Amerika,” ujar Awad, dikutip dari The Independent.

Ilustrasi
Ilustrasi

Awad telah bergabung dengan pemimpin agama lainnya, seperti Kristen dan Yahudi, untuk meminta Trump agar tidak memecah belah rakyat. Trump diminta untuk lebih positif dalam memerangi ketakutan yang dirasakan perempuan, warga kulit hitam, dan kelompok minoritas.

“Kami ingin presiden baru yang memiliki standar tinggi dalam membela hak semua orang, sebagaimana negara menjamin melalui konstitusi AS. Untuk siapapun yang merasa takut, ketahuilah Amerika adalah rumah kita dan rumah anak-anak kita. Ini adalah masa depan kita,” ungkapnya.

Sementara Direktur Dar Al Hijrah Islamic Center di Virginia, Imam Johari Abdul-Malik, berharap Trump akan bekerja sesuai dengan nilai-nilai yang ia kemukakan dalam pidato kemenangannya. Salah satunya, keinginan Trump untuk menyatukan dan mendukung kebebasan rakyat sipil di AS.

“Ini adalah komitmen kami untuk terlibat dalam perubahan sosial yang dapat meningkatkan kualitas hidup di Amerika, bukan hanya untuk kaum minoritas, tetapi juga untuk warga kulit putih dan warga kelas menengah,” kata dia.

Direktur Eksekutif American Civil Liberties Union, Anthony Romero, mendesak Trump untuk mengubah kebijakan yang salah arah. Kebijakan yang perlu diubah menurutnya adalah kebijakan untuk mendeportasi Muslim, menghukum perempuan yang melakukan aborsi, dan mengizinkan penyiksaan.

“Jika Anda tidak mengubah itu, Anda akan berhadapan dengan ACLU. Kami memiliki anggota di setiap negara bagian. Ribuan relawan dan pendukung siap melawan Anda jika hak kebebasan kami tidak dihargai,” jelas Romero mengingatkan.[NOV]

Share