Revolusi Transportasi Umum, Butuh Tapi Diabaikan

TRANSINDONESIA.CO – Dalalm ulang tahun MIT (Masy Transportasi Indonesia) ke 20, Prof.Danang Parikesit, menyampaikan bahwa anggaran APBD untuk sektor transportasi antara 1 sampai 3 persen saja. Kecilnya anggaran terhadap sektor transportasi, ini refleksi atas political will atas transportasi yang belum dilihat sebagai urat nadi kehidupan.

Kemacetan, pelanggaran, perilaku melanggar hingga kecelakaan seolah menjadi hal yang biasa dan timbul sikap permissive seperti “Ini Jakarta Bung, Ini Medan Bung”.

Belm lagi transportasi angkutan umum yang belum bisa dikatakan sebagai ikon atau representasi yang aman, nyaman, selamat dan tepat waktu sampai tujuan.

Ruang-ruang publik pendukung transportasipun banyak yang terbengkalai seperti trotoar, ruang-ruang jalan, badan jalan yang difungsikan bukan untuk jalan.

Presiden Jokowi sedang gencar membangun transportasi angkutan umum massal di mana-mana. Tapi pembiaran angkutan umum terbengkalai adalah suatu kegagalan yang berdampak pada angkutan pribadi sebagai pilihan, sepeda motor menjadi andalan.Variasi-variasi angkutan umum dengan sepeda motorpun menjamur bagai tak terkendali lagi.

Ilustrasi
Ilustrasi

Revolusi transportasi angkutan umum tidak bisa berjalan sendiri dan perlu dukungan dari berbagai pihak terkait terutama terbangunnya sistem ERI (electronic regident), dari ERI ini akan bisa membantu pembatasan pengoperasionalan kendaraan bermotor dengan sistem ERP (electronic road pricing), e-Parking, e-Payment atau e-Banking, ETC (electronic toll collect), ELE (electronic law enfoecement).

Kepentingan sektoral yang masih sarat dengan pemikiran konvensional sudah saatnya digantikan dengan sistem yang sinergis dan saling terhubung (on line). Sehingga akan mampu menunjukan inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan creative break through.

Di samping itu juga pembangunan infrastruktur yg memadai, ada alternative-alternatif pilihan, system edukasi yang mampu menyadarkan, dan penegakkan hukum dengan sistem elektronik.

Kepedulian para pemimpin dengan political willnya akan menjadi landasan berhasil atau tidaknya revolusi transportasi angkutan umum.(CDL-28012016)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share