May Day, Menaruh Harapan Dijalanan?

Aksi turun ke jalan saat memperingati hari buruh sedunia.(dok)
Aksi turun ke jalan saat memperingati hari buruh sedunia.(dok)

TRANSINDONESIA.CO – Peringatan hari buruh seduian (May Day) identic dengan demo dengan melakukan long march turun ke jalan. Trendnya aksi turun ke jalan merupakan pilihan sekaligus kebanggaan.

Tatkala menginginkan sesuatu, jalanan menjadi tempat menaruh harapan. Berteriak, bergerombol, menutup jalan, mencoret coret, melawan arus, motor masuk jalan tol melakukan long march di jalur-jalur protokol.

Mengasikan memang, nampak meriah bagi yang melaksanakan, tetapi bagi yang terganggu karena macet, tidak bisa berusaha, justru tidak mendapat perhatian bagi mereka yang tengah asik merayakan May Day.

Penggalan lagu Bento “……persetan orang susah karena aku, yang penting asik sekali lagi …asik…..”

Kota-kota besar sudah sangat padat ditambah dengan demonstran yang memamerkan keunggulan-keunggulan sekaligus ketololanya.

Keunggulanya mampu mengumpulkan massa (walaupun emmbayar) dan unggul dalam mencari perhatian.

Ketololanya menunjukan bahwa, pemimpinya tidak bernyali diplomasi, artinya tidak memiliki kekuatan politik, selain menurunkan massa, memaksa dengan massa.

May Day kini juga menjadi ajang pamer antar kelompok buruh dengan beryel-yel “Buruh bersatu tak mudah dikalahkan….”.

Kata “dikalahkan: ini menunjukan adanya perkelahian, pertentangan, penguasaan, melihat orang lain sebagai ancaman/musuh yang harus ditaklukan.

Adu dengkul dan kekuatan mulai dari pengeras suara bahkan tidak jarang dengan kekuatan ototo menumbangkan apa saja yang menghalanginya, seperti benada atau rambu-rambu lalulinta tak jarang menjadi sasaran.

Lebih mirisnya, sweeping, malak, meras, mengintimidasi, menjadi broker itulah yang sering tidak disadari dari kaum buruh yang dijadikan untuk munyuk kaum-kaum oportunis. (CDL-Jkt300415)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share