Universitas Brawijaya Beri Rekomendasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
TRANSINDONESIA.co | Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof. Widodo mengatakan, saat ini ada tantangan besar menghadang dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Realitas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 hanya mencapai 5,4 persen jauh dari target tersebut.
Menurutnya, ketimpangan ekonomi antar wilayah masih signifikan, terutama antara Jawa dan luar Jawa. Studi Universitas Brawijaya di Jawa Timur mengidentifikasi empat tantangan utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.
“Yakni biaya tenaga kerja yang tinggi, mahalnya bahan baku, sulitnya akses bahan penolong, dan kebijakan perpajakan yang kurang mendukung. Tanpa solusi, deindustrialisasi ini dapat semakin memperburuk kondisi ekonomi nasional,” kata Widodo di Jakarta, Sabtu (30/11/2024).
Untuk itu pihaknya menyelenggarakan kegiatan peluncuran Indonesia bisnis ekonomi sosial dan teknologi ‘best outlook tahun 2025’. Widodo menjelaskan, Universitas Brawijaya ingin memberikan kontribusi untuk perekonomian Indonesia.
“Ini adalah salah satu kajian yang harapannya dipakai atau dimanfaatkan semua pihak. Terutama pada para pemegang kebijakan untuk membangun Indonesia menuju Indonesia emas menuju tahun 2045,” ucap Widodo.
Sementara, Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Brawijaya, Muhammad Zainal Fatah menyebut konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama ekonomi. Namun ini menunjukkan perlambatan yang mengkhawatirkan.
Menurutnya, Stagnasi penerimaan pajak menjadi salah satu hambatan utama. Rasio pajak terhadap PDB, yang sempat meningkat dari 8,3 persen pada 2020 menjadi 10,4 persen pada 2022, kembali turun menjadi 10,2 persen pada 2023.
“Di tengah tantangan ini, digitalisasi muncul sebagai solusi potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Proyeksi menunjukkan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai Rp590 miliar pada 2024, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,” ucapnya.
Dengan membangun ekosistem digital yang kuat, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengatasi berbagai hambatan ekonomi. Teknologi seperti Al generatif dapat dioptimalkan di sektor pertanian, membantu mencapai swasembada pangan.
Digitalisasi juga dapat meningkatkan produktivitas di sektor industri dan pemerintahan, mempercepat transformasi ekonomi nasional. Ia juga menilai penguatan sumber daya manusia melalui pemerataan akses pendidikan berkualitas menjadi fondasi penting.
BEST Outlook 2025, hadir sebagai panduan memberikan wawasan tentang langkah-langkah konkret yang harus diambil oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Melalui forum ini, berbagai solusi akan dibahas secara komprehensif, termasuk strategi untuk memperkuat daya saing nasional.
“BEST Outlook 2025 menjadi momentum penting untuk merumuskan langkah-langkah strategis. Yang akan membawa Indonesia keluar dari stagnasi dan menuju masa depan yang lebih cerah,” ujarnya. (rri)