Mahasiswa Bangladesh Tuntut Presiden Mundur

TRANSINDONESIA.co | Ketegangan politik di Bangladesh meningkat setelah kelompok mahasiswa terkemuka menyerukan pengunduran diri Presiden Mohammed Shahabuddin, Rabu (23/10/2024). Hal ini dipicu oleh komentarnya yang meragukan pengunduran diri mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina pada Agustus.

Melansir dari ABC News, pemerintah sementara dijadwalkan mengadakan rapat kabinet untuk membahas masalah ini. Para pengunjuk rasa mahasiswa menuduh Shahabuddin bekerja sama dengan rezim “fasis” Hasina.

Gerakan Mahasiswa Anti-Diskriminasi memberi tenggat dua hari bagi Shahabuddin untuk mundur. Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di Dhaka, sementara beberapa mencoba menyerbu istana presiden.

Polisi menggunakan granat kejut untuk membubarkan kerumunan. Sementara itu, Shahabuddin mengatakan kepada surat kabar bahwa ia belum menerima surat pengunduran diri Hasina.

Dia menyatakan bahwa meskipun berusaha mengumpulkan surat itu, ia gagal. Komentar ini bertentangan dengan pidato Shahabuddin sebelumnya yang mengatakan telah menerima surat pengunduran diri Hasina.

Pernyataan Shahabuddin memicu kemarahan pemerintah Yunus dan aktivis mahasiswa, yang merasa dia menyebarkan kebohongan. Menurut konstitusi Bangladesh, perdana menteri harus menyerahkan pengunduran diri secara tertulis kepada presiden.

Asif Nazrul, penasihat hukum negara, menuduh Shahabuddin menyebarkan kebohongan dan mempertanyakan apakah dia layak tetap menjabat. Pengunduran diri presiden, menurut para ahli, dapat menyebabkan kekosongan konstitusional.

Pemimpin senior Partai Nasionalis Bangladesh, yang dipimpin oleh Khaleda Zia, bertemu dengan Yunus untuk membahas situasi. Nazrul Islam Khan dari partai tersebut menegaskan bahwa pihak pro-demokrasi akan bersatu menghadapi krisis ini. [rri]

Share