Perang Israel-Hamas Ikut Picu Sentimen Anti-Yahudi di Rusia
Biro VOA di Moskow melaporkan bagaimana insiden-insiden tersebut menimbulkan iklim ketakutan dan ketidakpastian dalam komunitas Yahudi-Rusia, salah satu yang terbesar di dunia.
TRANSINDONESIA.co | Perang Israel-Hamas telah ikut memicu sentimen anti-Yahudi di Rusia. Sejumlah pengamat mengatakan dalam beberapa hari terakhir ini saja sentimen itu sudah menjadi yang terburuk dalam puluhan tahun.
Ratusan laki-laki pada hari Minggu (29/10) menerobos bandara Makhachkala di Republik Dagestan, yang terletak di wilayah selatan Rusia, yang mayoritas berpenduduk Muslim. Tujuan mereka adalah mencegat para penumpang dalam penerbangan yang baru saja mendarat dari Tel Aviv, Israel.
Para pengamat menggambarkan hal itu sebagai ledakan anti-Yahudi terbesar di Rusia dalam puluhan tahun. Presiden Vladimir Putin menyalahkan kekuatan dari luar sebagai pemicu hal itu.
“Peristiwa di Makhachkala tadi malam dipicu oleh banyak hal, termasuk jaringan sosial, termasuk dari Ukraina, yang dilakukan oleh agen-agen dinas khusus Barat,” ujar Putin.
Sebagian pakar mengatakan krisis etnis di Rusia ini merupakan tantangan besar bagi Kremlin karena kepemimpinan negara beruang merah itu menjadikan kontrol sosial sebagai prioritas utama. Alexander Verkhovsky, Direktur Pusat Riset SOVA, sebuah organisasi non-pemerintah di Moskow yang memantau nasionalisme radikal di negara itu, mengatakan bahwa hal terpenting bagi Rusia adalah menjaga stabilitas politik dan mencegah segala bentuk protes.
“Sejauh ini mereka telah menangani krisis ini dengan tepat, tetapi mustahil mengetahui apa yang akan mereka lakukan pada masa depan,” ujarnya.
Bagi warga Yahudi di Rusia, insiden di Dagestan itu merupakan pengingat bahwa konflik Israel-Hamas dapat bermutasi menjadi ancaman lokal, dan tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah mayoritas Muslim.
Rabi Alexander Boroda, Presiden Federasi Komunitas Yahudi di Rusia mengatakan, “Tidak diragukan lagi jika orang-orang jadi ikut terdampak konflik Israel-Hamas karena perbedaan teori-teori ideologis Islam radikal yang anti-Yahudi. Dampak ini juga terjadi di kota-kota lain di Rusia. Dampaknya juga terjadi dengan adanya ancaman potensial, atau mungkin bukan sekadar ancaman potensial tetapi ancaman nyata di kota-kota besar di Rusia.”
Banyak pengecam terbesar Kremlin yang berasal dari komunitas Yahudi hidup di pengasingan setelah invasi berskala besar di Ukraina.
Mereka mencakup Kepala Rabi Moskow Pinchas Goldschmidt, yang telah bertugas selama hampir 30 tahun.
“Situasi di Rusia secara umum akan memburuk, dan akan semakin bertambah buruk khususnya bagi warga Yahudi. Jadi siapa pun yang bisa meninggalkan negara ini, sebaiknya pergi sekarang. Tidak semua orang bisa pergi karena ada yang masih memiliki orang tua lansia dan harus dijaga, ada yang belum menyelesaikan studinya,” kata Pinchas.
Bandara Makhachkala sudah kembali normal setelah diserbu kelompok anti-Yahudi, yang paling buruk yang pernah terjadi di kawasan itu. Tetapi dengan eskalasi perang di Timur Tengah, ada kekhawatiran hal semacam itu, atau bahkan lebih buruk, masih dapat terjadi lagi. [voa]