Resonansi Kebangsaan, Primodialisme dan Upaya Mencerdaskan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
TRANSINDONESIA.co | Amanat konstitusi negara kita salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterakan, menjaga kedaulatan NKRI. Indonesia sebagai negara yang berbhineka tentu potensi konflik dan perpecahannya begitu besar.
Para Bapa Bangsa menyadari bahwa hanya bangsa yg cerdas berdaulat adil dan makmur yang mampu merawat dan menjaga NKRI. Yang paling menonjol salah satunya adalah ” Primordialisme” menggunakan identitas suku, agama, keyakinan keagamaan, ras dan antar golongan.
Primordialisme dijadikan alat mencari solidaritas dan legitimasi. Dalam prakteknya tak jarang di larutkan dengan hal hal yang provokatif, ujaran kebencian terus menerus dihembus hembuskan.
Mudahnya diprovokasi atau larut dengan hasutan primordialisme karena lemah dan rendahnya tingkat literasi. Apa yg dibuat dan disampaikan dengan semangat menggebu gebu langsung ditelan, dianggap sebagai suatu kebenaran. Apa yang dianjurkan untuk merusak memusuhi bahkan membunuhpun bisa dilakukan, walau sesama anak bangsa. Masalah politik identitas misalnya, sebenarnya banyak hal yang secara kasat mata dan logika merusak peradaban, namun faktanya banyak yang tak mampu menolak bahkan di perbudak otak dan hatinya, sehingga percaya dan bangga dijadikan umpan anarkisme.
Sadar atau tidak, apa yg dilakukan apa yg dihembuskan akan menggerus jiwa nasionalisme. Cara primordialisme merusak peradaban memalukan sebagai bangsa yang beradab. Jiwa patriotisme dan solidaritas sosialnya para akademisi, para kaum terpelajar dapat menjadi role model. Kalangan kampus dapat mendukung pembangunan “Literasi sosial kemanusiaan atau literasi kebangsaan, literasi seni budaya” yang dibangun untuk :
1. Menyadarkan
2. Mencerdaskaan
3. Memberi pencerahan dan mengajak untuk berpikir secara bijaksana.
4. Mengcounter bahkan memperbaiki gerusan peradaban.
5. Melepaskan belenggu captive mind
6. Mampu menjadi pencerah dan tidak hanyut dalam hasutan anarkisme maupun primordialisme
7. Mampu berpartisipasi sebagai soft power dan smart power dalam menjaga keteraturan sosial.
8. Mampu berdaya saing secara waras dan terhormat sebagai bangsa yang bermartabat.
9. Sadar cerdas bermoral modern cara merawat kebhinekaan dan menjaga kedaulatan bangsa yang berdaulat bermartabat, beradab adil dan makmur.
Era Post Truth dan Potensi Konflik
Konflik sosial pada umumnya karena perebutan sumber daya atau perebutan pendistribusian sumber daya. Bisa juga dikarenakan masalah harga diri. Suatu konflik terjadi sebenarnya merupakan puncak gunung es. Permasalahan sudah menumpuk dan hanya menunggu ada triger. Permasalahan yang tidak terselesaikan akan menimbulkan kekecewaan hingga kemarahan walaupun masih dapat dipendam. Namun itu di omongkan terus menerus ke mana mana dan bagi orang yang tidak pernah mengalamipun bisa ikut menceriterakan. Dari mulut ke mulut ditambah tambahi dan saling memiliki penafsir berbeda dari faktanya. Ini gosip. Semakin digosok semakin sip. Gosip ini tatkala berlapis lapos dan terus menerus dilakukan ini akan menjadi labeling. Pemberian label ini bisa untuk perorangan bisa untuk kelompok. Tatkala labeling ini terus dihembuskan seolah olah menjadi kebenaran maka akan menjadi kebencian.
Apa yang dilakukan di atas ini sangat mudah memicu konflik sosial tatkala dikaitkan atau dihubung hubungkan dengan primordial. Primordial merupakan hal yang utama dan pertama bisa sara bisa juga komunitas atau kelompok kelompok kategorial. Di dalam primordial emosional, spiritual diutamakan dan kadang mengabaikan rasionalitas. Pokok e atau dengan semangat siap membantu mengeroyok atau balas dendam dan menyerbu. Kelompok primordial tatkala sudah saling melabel saling membenci dari konflik perorangan pun bisa terjadi. Primordial dipilih atau digunakan karena untuk mendapatkan legitimasi walau hanya pada pembenaran bukan kebenaran. Apalagi kebenaran yg tdk berbasis hal hal yang hakiki hanya berdasarkan populasi.
Di dalam masyarakat yang majemuk primordialisme sangat mudah untuk memecah belah atau mengadu domba satu sama lain. Antar suku antar ras antar agama antar kelompok menjadi basis solidaritas pokok e yaang sebenarnya pekok e. Rasionalitasnya dibuang. Yang ada dikepalanya hanyalah hajar, serbu, hancurkan mereka musuh menghina kita. Spirit premanisme muncul walau kembali dengan keroyokkan dan pengkambinghitaman. Siapa yang lemah disalahkan dan ditumbalkan. Tatkala kelompok kelompok primordial ini sudah menjadi crowd maka akan muncul gerakkan anarkisme ealaupun hanya dg bullshit dikeroyok si A dan si B atau mengarang kejadian seolah teraniaya. Sifat orang2 yang cengeng mudah di berdayakan untuk membakar amarah. Sikap ksatri rela digantung diganti nalar koprol, mereka saat itu seakan penuh jiwa yang heroik walaupun melakukan hal hal yang di luar nalar. Otaknya seakan dibekukan dicocok hidungnya diseret untuk mengamini anarkisme. Kesadaran kolektif sudah tdk mampu lagi dikendalikan. Seakan orang mabuk ia lupa dg dirinya dan sadar menyesal dibelakang hari.
Era post truth ini sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman dahulu walaupun tidak separah di era digital dg media sosialnya. Menghasut memecah belah untuk saling membenci. Kita bisa belajar dari pemberontakan pemberontakan masa lalu, mulai dari Ken Arok, hingga penyerbuan tentara China ke Kediri, pengusiran pasukkan Kubilaikan, pemberontakkan jaman majapahit, masa kolonialisme, masa pra kemerdekaan hingga masa kini terus saja ada. Primordialisme menjadi pilihan apalagi kalau sudah mengatasnamakan apa saja apalagi yang berkaitan dengan harga diri, ini mudah memicu konflik. Kadang kala pelakunya bisa dari orang gila. Tatkala diperiksa dinyatakan gila. Ini putus mata rantainya. Konflik sosial ini by design walaupun kadang tanpa kesengajaan. Bullshit di era postruth seolah kebenaran, walaupun sarat trik intrik pembenaran. Memang ujung ujungnya juga kekuasaan penguasaan pendominasian sumber daya.
Masyarakat majemuk memerlukan adanya suatu pencerdasan hingga nalar atau logikanya tidak mudah dikoprolkan. Paradigma multikulturalisme ini mungkin mampu merasukkan kebanggaan akan kebhinekaan. Patriotisme cinta bangga akan bangsa dan negara tatkala bukan pada solidaritas semu apalagi dengan berbagai hal yang menjurus kepada premanisme. Kekuatan massa khususnya bagi masyarakat suatu bangsa dan negara layak untuk dijaga atau ditumbuh kembangkan kekayaan seni budayanya dalam konteks karakter bangsa bagi hidup tumbuh dan berkembangnya. Multikulturalisme ini menjadi kekuatan bagi pelestarian kebhinekaan dan mencerdaskan untuk memberdayakan melestarikan salah satunya melalui masyarakat sadar wisata. Kesadaran akan wilayahnya orang orangnya suku bangsa bahasa dan seni budayanya menjadi aumber daya baru. Penanaman cinta bangsa bukan lagi doktrin namun penumbuhkembangam nalar dan daya logika waras. Lagi lagi ujung nya memang politik sehat waras lah yang mampu menjaga dan membawa suatu bangsa maju dan sejahtera
Menghadapi primordialisme bukan hal mudah, apalagi sudah dengan masa maka semangat ” Asu Gede Menang Kerah e” membutakan hati menumpulkan logika. Di sinilah resonansi kebangsaan yang berbasis Pancasila, UUD 45, Kebhinekaan dan NKRI ditransformasikan. Setidaknya Pemerintah, Kalangan Kampus/ Perguruan Tinggi/Kaum Akademisi, Sektor Bisnis, Masyarakat, Media, LSM, dsb yang merupakan stake holder kekuatan bagi bangsa dan negara berjuang bersama agar masyarakat tidak dijadikan alat, dibodoh bodohi dan dijadikan tumbal untuk berbagai kepentingan.
Upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara bervariasi dan bisa dilakukan di mana saja kapan saja oleh siapa saja dengan cara apa saja. Kalangan kampus perguruan tinggi, Kaum intelektual dapat mempelopori agar mampu menjadi guru yang mencerahkan. Para Mahasiswa dan lingkungan kampus yang kental nuasa akademis dapat menjadi pelopor dalam menghayati akan rasionalisasi, humanisme dan pembangunan peradaban.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa perlu pemikiran dan penanganan secara holistik dan sistemik dan tidak bisa dengan cara cara instan apalagi pendekatan yang irasional. Lembaga pendidikkan khususnya kalangan kampus perguruan tinggi menjadi ikon kebangsaan yang menjaga : Pancasila, UUD 45, NKRI, dan kebhinekaan.
Pendidikkan ikon mencerdaskan kehidupan bangsa maka penanaman kebanggaannya bukan sebatas kompetensi melainkan kesadaran tanggung jawab dan nilai nilai moralitas kemanusiaan dan kebangsaan. Nilai nilai moral menjadi standar proses pembelajaran. Kampus Perguruan Tinggi dan Kaum akademisi menjadi kunci penting untuk mencerdaskan dan menangkal Radikalisme, yang memerlukan dukukungan para pengambil kebijakan. Mencerdaskan seakan menjadi kata yang menarik dan heroik. Namun pada faktanya tidak semudah mengucapkannya. Kecerdasan tidak sebatas pada intelejensi/ otak namun juga emosional dan sosial.
Keamanan dalam negeri : kedaulatan, daya tahan, daya tangkal dan daya saing bangsa
Suatu bangsa yang berdaulat memiliki ketahanan atas berbagai gerusan dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Selain itu juga memiliki kemampuan memberikan jaminan keamanan dan rasa aman bagi warganya untuk bertahan hidup tumbuh dan berkembang atau meningkat kualitas hidupnya. Kamanan dalam negeri adalah keteraturan sosial secara idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya secara pribadi, di ruang publik, profesi dan berbagai pekerjaan, lingkungan hidup, dan mayantara yang dapat mendukung produktifitas maupun upaya upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat. Keamanan dalam negeri diwujudkan dalam keteraturan sosial sehingga terjaminnya keamanan segala sumberdaya negara dari manusianya, kekayaan alamnya, idiologi, politik ekonomi dan sosial budayanya untuk dapat bertahan hidup tumbuh dan berkembang sehingga berdaulat, berdaya tahan, berdaya tangkal bahkan berdaya saing
Keteraturan sosial dalam konteks polisi dan pemolisiannya terefleksi dari sistem keamanan dan pengamanan hingga terjaminnya keamanan dan rasa aman secara pribadi, di ranah publik, ranah lingkungan hidup dan kehidupan, ranah ekonomi dan industri, ranah mayantara hingga ranah forensik. Keamanan dalam negeri dalam pendekatan pemolisian di era kenormalan baru dijabarkan pada pemolisian yang berbasis wilayah, berbasis fungsi dan berbasis dampak masalah secara konvensional, elektronik dan forensik. Konteks pemolisian yang fungsional ditunjukan adanya sinergitas dan harmoninya model konvensinal dan konterporer yang mampu diimplementasikan secara proaktif dan adanya penyelesaian masalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Keamanan dalam negeri menjadi simbol peradaban kedaulatan ketahanan dan daya saing suatu bangsa. Keamanan dalam negeri konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun derlandaskan demokrasi yang mencakup :
1. Supremasi hukum
2. Adanya jaminan dan perlindungan HAM
3. Transparansi
4. Akuntabilitas
5. Berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat
6. Adanya pembatasan dan pengawasan kewenangan
Keamanan dalam negeri dalam konteks mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat demgan memberdayakan kekayaan dan keindahan serta kebhinekaan salah satunya melalui masyarakat yang sadar seni budaya dan pariwisata. Kekuatan Masyarakat Sadar Seni Budaya dan Pariwisata (Masdarwis) antara lain :
1. Menanamkan: kecintaan dan kebanggaan akan lingkungannya, seni budayanya bahkan bangsa dan negaranya.
2. Mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Membangun kesadaran untuk mengemas, memberdayakan, memaknai hingga memarketingkan sumber daya yang ada semua dapat dari alam, heritage, seni budaya, kuliner, tradisi, religi, komuniti hingga teknologinya
4. Kepekaan, kepedulian, pemikiran visioner yang holistik dan sistemik yang proaktif dan problem solving
5. Membangun karakter bangsa, memcerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, membangun patriotisme, menata keteraturan sosial, perawatan akan kebhinekaan dan tentu untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
6. Anti premanisme dan anti anarkisme.
7. Keteraturan sosial dapat dilakukan dalam suatu harmoni atas hidup dan kehidupan. Dari alam saja dapat menata dan merawat lingkungan ini tentu hingga ke sistem sistem ekologinya. Dari seni budayanya dari sastra rupa tari pertunjukan musik dll dapat menjadi kekuatan sosial untuk menjembatani atas kebuntuan atau kepenatan atas hidup dan kehidupan. Heritage dari para leluhur sangat beragam yg menunjukkan peradaban tinggi bangsa.
8. Membangun pola hidup dan kehidupan masyarakat dalam keberagaman yang multikultural.
9. Suatu kekuatan politik, sosial ekonomi maupun budaya.
10. Kekuatan manajerial dan operasional sehangga mampu menjadi ikon atau simbol keunggulan
Masyarakat Sadar Seni Budaya dan Pariwisata Mencerdaskan dan Menyelamatkan Anak Bangsa untuk :
1. Mampu untuk hidup dan menghidupi
2. Menjadi sumber daya bagi kehidupan
3. Menerima, memghormati dan bangga adanya kebhinekaan
4. Menyadarkan bahwa seni budaya dan pariwisata merupakan ikon peradaban bangsa
5. Menjadi martabat bangsa yang ramah membuat suasana aman nyaman asri dan ngangeni
6. Menjaga alam lingkungan dengan segala warisannya yang sangat berharga
7. Menjadi karakter bangsa yang sarat nilai luhur bagi kemanusiaan dalam hidup dan kehidupannya
8. Mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial
9. Membangun bangsa yang multikultural
10. Kedaulatan bangsa yang berdaya tahan, berdaya tangkal bahkan berdaya saing sebagai negara super power seni budaya dan pariwisata
Masyarakat Sadar Seni budaya dan pariwisata merupakan bagian dari sistem pengamanan untuk keamanan dalam negeri yang dpat dibangun melalui :
1. Tegak dan kokohnya idiologi bangsa
2. Political will yang kuat
3. Keamanan secara ekonomi
4. Keamanan secara sosial budaya
5. Keamanan secara siber maupun forensik
6. Keamanan infrastruktur dan sistem sistem pendukungnya
7. Sumberdaya manusia yang profesional, cerdas, bermoral dan modern
8. Sistem sistem pelayanan publik yang prima
9. Sistem monitoring dan evaluasi serta sistem akuntabilitas kepada publik yang transparan dan akuntabel
10. Sistem sistem yang siap dalam kondisi emerjensi maupun kontijensi
Amalkan Pancasila :
Negara Berdaulat Bangsa Bermartabat
Pancasila sebagai idiologi negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia tak sebatas dihafal melainkan diamalkan dalam kehidupan. Makna yang terkandung dalam sila sila Pancasila begitu dalam luas dan mampu melingkupi berbagai gatra kehidupan. Dari kehidupan perorangan hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari urusan pribadi hingga urusan dunia. Memahami dan mengamalkan Pancasila memerlukan kesadaran kepekaan kepedulian bahkan kecintaan dan kebanggaan sebagai anak bangsa. Yang ditunjukkan dalam pikiran perkataan dan perbuatan serta bela rasa bagi kemanusiaan, pembangunan keteraturan sosial maupun pembangunan peradaban.
Dalam kehidupan pribadi sebagai anak bangsa kesadaran dan kecintaan tanggung jawab dlm kehidupan sehari hari dapat ditunjukkan dalam sikap dan perilaku sebagai insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. keimanan dan ketaqwaannya ditunjukkan dlm perilaku yang patuh menjalankan ajaran agama yg diyakininya, patuh hukum, empati dan belarasa kepada sesama, terutama yang termarjinalkan dan menderita. Mampu menjaga lingkungannya dan solidaritas sosial untuk membangun peradaban. Mampu menunjukkan sikap integritasnya akan kemanusiaan dan berbagai hal yang berkaitan dengan produktifitas. Tentu tidak hanyut atau mudah dihasut dibodohi untuk menyelesaikan konflik dengan cara anarkis. Premanisme, radikalisme dengan primordialisme merupakan perusakkan peradaban. Di sinilah peran kaum akademisi dan kalangan kampus perguruan tinggi tampil berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan para kaum akademisi dapat menjadi tokoh yang dipercaya untuk menjaga keteraturan sosial. Tokoh dialog dalam menyelesaikan konflik secara beradab yang saling menghormati, bahkan saling melayani dalam mewujudkan keteraturan sosial. Kaum Akademisi mampu menunjukan kepiawaiannya dalam :
1. Mewujudkan dan memelihara keamanan dan rasa aman warga masyarakat.
2. Mendukung proses produktifitas dan membangun sistem keadilan sosial terutama dalam pemberdayaan dan pendiatribusian sumber daya.
3. Membangun local heroes maupun menerapakn local genius untuk menjaga keterturan sosial.
4. Dialog dalam komunikasi sosial dan solidaritas sosial dlm wadah yg merupakan basis civil society.
5. Merawat dan melestarikan seni budaya tradisi dan berbagai kegiatan olah rasa maupun olah raga.
Dalam tata politik dan penyelenggaraan negara perguruan tinggi dan kaum akademisi mampu mendukung sistem yang mampu mengimplementasikan amanat kontitusi negara. Berbasis pada supremasi hukum. Memberikan jaminan dan perlindungan Ham. Transparan dan akuntabel yang ditunjukkan dalam political willnya berpihak atau memperjuangkan untuk memberikan pelayanan publik yang prima. Berorientasi pada upaya upaya peningkatan kualitas hidup rakyat. Penerapan sistem politik yang peduli akan kepentingan rakyat dan upaya upaya pensejahteraan rakyat. Mendorong kebijakan untuk mendukung pengembangan dan menuju teknologi dan sistem yang mandiri.
Nilai nilai luhur pancasila tatkala dipahami dan diamalkan dengab sungguh sungguh maka dapat merefleksikan integritas bangsa, jati diri bangsa, daya tahan daya tangkal bahkan daya saing. Pada pendidikanlah tergantung masa depan bangsa. Maka Kampus perguruan tinggi juga menjadi dasar pendidikan yang merupakan sistem transformasi, dibangun atas dasar kesadaran dan penyadaran. Tentu juga kepemimpinan di semua lini bangga dan mencintai bangsanya shg mampu dan berani memperbaiki kesalahan di masa lalu. Siap menghadapi tuntutan harapan bahkan ancaman di masa kini. Mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik.**
Chrysnanda Dwilaksana
Fajar Jumat 240323