Ramadhan Tahun Ini, Warga Mesir Ubah Kebiasaan Belanja

TRANSINDONESIA.co | Di tengah devaluasi mata uang, yang diperburuk oleh kenaikan harga bahan bakar dan pangan global, biaya makan rata-rata dalam bulan suci Ramadan semakin tinggi bagi banyak warga Mesir. Mereka terpaksa mengubah kebiasaan belanja di bulan suci ini.

Sebuah pasar tradisional di kawasan permukiman Sayeda Nafisa di Kairo tak pernah sepi pengunjung. Di sana, warga Mesir bisa dengan mudah menemukan kacang-kacangan, buah-buahan kering, dan makanan pokok Ramadan lainnya. Mereka bahkan bisa menemukan berbagai pernak-pernik Ramadan untuk menyemarakkan suasana bulan puasa.

Namun berbeda dengan Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya, para pengunjung kali ini umumnya menahan diri sewaktu membelanjakan uang mereka. Paling tidak, itu kata Mohamed Ahmed Tawfiq, yang mengaku cenderung membeli setengah dari jumlah yang biasanya dibeli saat Ramadan.

“Tahun lalu harga sedikit lebih rendah. Tahun ini produk ada, tapi harganya lebih mahal dari tahun lalu. Tahun lalu saya beli satu kilo, sekarang saya beli setengah kilo. Kalau dulu saya beli setengah kilo, sekarang saya beli seperempat kilo,” jelasnya.

Sikap menahan diri juga diambil Khaled Mohsen, pengacara dan ayah tiga anak. Ia sering datang ke pasar itu bersama keluarganya untuk berbelanja kebutuhan pokok Ramadan.

Namun, sementara ia mengakui bahwa harga banyak kebutuhan pokok lebih tinggi pada tahun ini, harga itu masih terjangkau oleh keluarga berpenghasilan menengah seperti dirinya.

“Saya mengajak anak-anak berbelanja dan saya akan berbelanja lagi untuk kebutuhan Ramadan. Saya mungkin tidak membeli dalam jumlah banyak tetapi saya akan membeli apapun yang saya butuhkan,” jelasnya.

Mesir mendevaluasi mata uangnya, pound, sebesar 14 persen bulan lalu menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Perang itu mendorong banyak investor asing menarik miliaran dolar dari pasar uang Mesir sehingga memberikan tekanan pada mata uangnya.

Menurut badan penyedia data keuangan Refinitif, pound turun menjadi 18,17-18,27 terhadap dolar AS, setelah sebelumnya diperdagangkan sekitar 15,7 pound per dolar AS sejak November 2020.

Perang di Ukraina juga memukul perekonomian Mesir. Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama gandum ke Mesir, sementara Mesir adalah importir gandum terbesar dunia. Kedua negara itu juga merupakan pemasok wisatawan terbesar bagi resor-resor Laut Merah yang berada di Mesir.[voa]

Share