Junta Myanmar Tangkap Para Dokter yang Rawat Pasien COVID-19
TRANSINDONESIA.CO | Karena marah dengan dukungan para dokter untuk protes anti-junta, militer, Myanmar telah menangkap beberapa dokter yang merawat pasien COVID-19 secara mandiri.
Hal itu diungkapkan oleh rekan-rekan sesama dokter dan media, sementara sistem kesehatan berjuang untuk mengatasi gelombang rekor infeksi.
Sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi pada Februari, gejolak dan protes berikutnya telah mengacaukan penangangan pandemi COVID-19. Para aktivis mengatakan sejumlah dokter telah ditangkap karena peran penting mereka dalam gerakan pembangkangan sipil.
Myanmar mencatat lebih dari 6.000 kasus baru infeksi COVID-19 pada Kamis (22/7) setelah melaporkan 286 kematian sehari sebelumnya. Kedua angka itu merupakan rekor tertinggi. Para petugas medis dan layanan pemakaman mengatakan jumlah kematian sebenarnya jauh lebih tinggi. Krematorium bahkan tidak mampu mengimbangi kebutuhan.
Untuk membantu orang-orang yang menolak pergi ke rumah sakit pemerintah karena menentang militer, atau karena rumah sakit tidak memadai untuk merawat mereka, beberapa dokter yang berpartisipasi dalam kampanye anti-junta telah menawarkan konsultasi medis gratis melalui telepon dan mengunjungi orang sakit di rumah dalam beberapa kasus.
Namun, menurut laporan para dokter dan media dalam beberapa minggu terakhir, sembilan dokter relawan yang memberikan pengobatan jarak jauh dan layanan lainnya telah ditahan oleh militer di dua kota terbesar Myanmar, Yangon dan Mandalay. [lt/ft]
Sumber: Voaindonesia