IPW Niliai Dwi Tak Mampu jadi Kapolda Metro Jaya

kapolda metro jaya dwipriyatnoKapolda Metro Jaya Irjen Pol Dwi Priyatno bersama istri dihari pertama menjabat  18 Maret 2014, pada mala harinya terjadi penembakan anggota terhadap komandan dan pada April tangkap tangan kasus suap di Ditlantas Polda Metro Jaya.(ist)

 

TRANSINDONESIA.CO – Ada yang mengkhawatirakan dari kondisi Ibukota Jakarta akhir-akhir ini. Peningkatan kriminalitas yang menyorot perhatian publik, lebih dari 50 hari kepemimpinan  Irjen Dwi Priyatno menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya peringkat kriminal luar biasa meningkat.

Dari pengungkapan pedofelia di Jakarta Internasional School (JIS) hingga terungkapnya 91 kilogram shabu di Roxi, Jakarta.

Hal tersebut disampaikan Ketua Presedium Indonesia Police Warch (IPW), Neta S Pane, dalam siaran persnya yang diterima Transindonesia.co pada Minggu (11/5/2014).

Neta menyebut, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dwipriyatno  masih kedodoran dalam menata keamanan dan ketertiban ibukota Jakarta.

“Jangankan menata masalah di eksternal, Dwipriyanto justru direpotkan dengan masalah internal yang justru memalukan institusi kepolisian. Masalah internal yang merusak citra Polri itu justru sudah terjadi di awal kepemimpinan Dwipriyanto. Yaitu usai serah terima jabatannya sebagai kapolda terjadi aksi brutal, Brigadir Susanto menembak mati atasannya Kepala Denam Polda Metro Jaya AKBP Pamudji pada 18 Maret 2014,” kata Neta.

Belum usai kehebohan ini, pada 14 April 2014 terjadi operasi tangkap tangan di Ditlantas Polda Metro Jaya.

“Uang suap Rp350 juta disita. Akibatnya terjadi bedol desa, sejumlah pejabat Ditlantas Polda Metro Jaya dimutasi dan “masuk kotak”,” kata Neta.

Pada catatan IPW, selama kepemimpinan Dwipriyanto terjadi dua peristiwa tahanan bunuh diri di kantor polisi.

“Selain itu aksi kejahatan bersenjata api juga masih menjadi sebuah ancaman di Jakarta. Jika melihat kinerja 50 hari kepemimpinannya, IPW pesimis Dwipriyanto akan mampu mengungkap sejumlah kasus penembakan terhadap polisi yang terjadi di era Kapolda Putut,” tutur Neta.

Mengenai masalah kemacetan lalulintas Jakarta yang belum kunjung dapat ditangani, seharusnya Polda Metro Jaya perlu membuat konsep jangka pendek yang komperhensif dalam mengatasi kemacetan lalulintas dan aksi-aksi perampokan yang marak terjadi belakangan ini.

Terutama perampok bersenjata api yang membunuh korban maupun saksinya. Jika tidak segera diatasi dikhawatirkan aksi bersenjata api ini akan menjadi ancaman bagi pelaksanaan Pilpres 2014.

Ke depan Polda Metro Jaya, perlu memaksimalkan polsek sebagai ujung tombak penjaga keamanan masyarakat, dengan cara melakukan patroli rutin di daerah-daerah rawan dan strategis.

“Untuk itu Polri hrs melengkapi polsek-polsek dengan mobil dan motor patroli serta fasilitas lain. Selain itu mobil-mobil patroli yang nongkrong 24 jam di depan Kedubes-kedubes dan rumah-rumah diplomat harus segera digerakkan agar mobilitasnya makin tinggi. Sebab tugas Polda Metro Jaya adalah menjaga keamanan seluruh masyarakat dan bukan hanya menjaga keamanan orang-orang tertentu.” ujarnya.(yan)

Share