Bencana Karhutla Bintan, Banjir Rendam Beberapa Wilayah di Sumut dan NTB

TRANSINDONESIA.co | Bencana hidrometeorologi masih mendominasi dalam catatan kejadian yang dirangkum oleh Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam laporan pada hari ini, Rabu (19/2/2025).

“Laporan pertama yang dirangkum adalah peristiwa Karhutla di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, pada Senin (17/2/2025) pukul 08.00 WIB, yang menyebabkan 94.2 ha lahan yang berada di tiga kecamatan terdampak,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulisnya diterima redaksi, Rabu (19/2/2025).

Kecamatan yang terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tesebut adalah Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan Gunung Kijang dan  Kecamatan Bintan Timur.

“BPBD Kabupaten Bintan beserta  petugas gabungan lintas instansi melakukan pemadaman dan berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan desa setempat,” katanya.

Di Sumatera Utara (Sumut) bencana angin puting beliung menerjang Desa Naga Timbul, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (18/2/2025).

“Peristiwa tersebut tersebut mengakibatkan enam rumah warga rumah terdampak, BPBD Kabupaten Deli Serdang bersama perangkat desa melakukan perbaikan, asesmen dan berkoordinasi dengan PLN dikarenakan masih padamnya jaringan listrik,” ujarnya.

Di Nusa Tenggara Barat (NTB) banjir merendam tujuh desa yang berada di lima kecamatan di Kabupaten Bima, berangsur mulai surut, ketujuh desa tersebut adalah Desa Simpasai dan Desa Pela di Kecamatan Monta, Desa Pandai dan Desa Dadibou di Kecamatan Woha, Desa Rada di Kecamatan Bolo, Desa Sari di Kecamatan Sape dan Desa Hidirasa di Kecamatan Lambu.

“Kondisi mutakhir yang dilaporkan hingga Selasa (18/2/2025) pukul 21.45 WIB, ketinggian air dilaporkan masih fluktuatif mulai dari 20 hingga 60 sentimeter, banjir yang menggenangi Desa Dadibou 20-60 cm, Desa Pandai 20-40 cm, Desa Sari 20-50 cm, Desa Hidirasa 20-200 cm (sudah mulai surut), Desa Rada 20-40 cm (air belum surut) berdampak pada 168 KK,” kata Muhari.

BPBD Kabupaten Bima masih terus melakukan pendataan korban terdampak serta berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan desa setempat.

“Dinamika perubahan cuaca jelang masuknya musim peralihan di sejumlah wilayah Tanah Air diharapkan menjadi atensi bersama untuk kesiapsiagaan. Kendati sebagian wilayah masih berpotensi terjadi cuaca ekstrem, namun potensi kebakaran hutan dan lahan juga sudah mulai muncul. Upaya pencegahan yang meliputi peningkatan kesiapsiagaan, mitigasi dan peringatan dini diharapkan dapat dimaksimalkan. Bentuk sinergi pemerintah, antar lembaga, dunia usaha, media massa dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan ketangguhan bersama dalam menghadapi potensi risiko bencana,” tuturnya. [via/sun]

Share