JANGAN LELAH MENABUR WALAU KITA TIDAK MENUAI APA APA

Pengalaman Rohani Kunjungan Apostolik Bapa Suci Paus Fransiskus ke Indonesia ( 03 - 06 September 2024)

TRANSINDONESIA.co | Bulan April atau Mei 2024 ada informasi bahwa Paus Fransiskus akan mengunjungi Indonesia. Penuh harap saya bisa mengikuti misa agung yang dipimpin Bapa Suci. Pada saat Paus Yohanes Paulus ke Indonesia pada bulan Oktober 1989 saya masih sebagai Perwira Siswa di Akademi Kepolisian.

Bapak ibu dan adik adik saya mengikuti misa agung di Yogyakarta waktu itu. Saya tentu merasa sedih karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan saya mengikuti misa agung itu. Selain itu saya punya harapan dan berdoa semoga pada saat ada kunjungan Bapa Suci ke Indonesia lagi saya bisa mengikuti misa agung.

Tiga puluh lima tahun kemudian seakan doa saya bisa dikabulkan. Saya orang berdosa tetapi saya selalu berdoa agar dijauhkan dari yang jahat. Setiap misa ada doa untuk perjalanan Bapa Suci ke Indonesia saya merasa kasih dan kuasaTuhan ada walau Bapa Suci sudah berusia 87 tahun.

Irjen Pol Purn Heri Dahana yang ditunjuk sebagai ketua pengamanan kunjungan Bapa Suci menelpon saya menginformasikan adanya rencana kunjungan Bapa Suci ke Indonesia. Saya setelah itu menelpon Kakor Sabhara Irjen Pol Hari Sudwijanto untuk dapat mendukung pengamanan yang dipercayakan kepada Irjen Pol Purnawirawan Heri Dahana.

Singkat ceritera pada saat di Sespim Irjen Pol MH Ritonga berkata kepada saya: “Bang bagaimana caranya kita bisa ikut misa agung yang dipimpin Bapa Suci”.

Saya terdiam sesaat dan terhentak hati saya, spontan saya menjawab: “Iya harus itu”.

Seakan doa panjang saya sudah dekat, namun dalam hati bagaimana caranya, saya tidak tahu. Saya sebagai Kasespim yang berada di Lembang tentu jauh dari kemungkinan aktif dalam kepanitiaan. Saya sore harinya meminta peserta didik yang beragama Katholik: Robert Dedeo dan Ucok yang kebetulan anggota OCI (Ordonantie Certencis Indonesia) untuk aktif dan memonitor perkembangan.

Di dalam pembinaan umat Katholik TNI Polri di wilayah Keuskupan Bandung yang dipelopori Romo Aloysius Wahyu Endro Suseno mengadakan perayaan Paskah di Sespim dengan pimpinan Bapak Uskup Keuskupan Bandung MGR Antonius Subianto Bunjamin, 07 April 2024.

Kami semua merasa berkat Bapak Uskup semakin menguatkan iman. Pada saat seminar sekolah Sespima angkatan ke 71 mengundang Bapak Kardinal Ignatius Suharyo sebagai salah satu pembicara. Seminar Sespima angkatan ke 71 TA 2024, mengangkat tema etika pemimpin dan kepemimpinannya. Dengan nara sumber: Sesmenko PMK bpk Andi Megantara PhD, Ignatius Kardinal Suharyo, Bhikku Sri Panavaro Mahatera, Sestama Lemhanas Komjen pol RZ Panca Putra, Msi.

Apa yang menjadi topik seminar
“Pemimpin berbasis Moral : tahu yang baik dan benar, Etika bisa memilih dan menerapkan yang baik dan benar” yang bisa simpulkan bahwa spirit pemimpin antara lain :

1.Pantas dan Benar, Layak dan Menyelamatkan
2.Kesadaran dan Tanggung Jawab dan Disiplin
3.Menginspirasi, Memotivasi, Memberi Solusi, Melindungi, Mengayomi dan Melayani
4.Sepi Ing Pamrih Rame ing Gawe (tulus hati dan tidak banyak kepentingan)
5.Beintegritas, Komitmen dan Konsisten
6.Mampu menjadi siapa dan mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan
7.Transformatif yang passionnya: berani belajar dan memperbaiki kesalahan di masa lalu, Siap di masa kini, Mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik
8.Meneng, Wening, Dunung (Neng, Ning, Nung), memiliki ketenangan, keheningan dan memutuskan dengan bjjak
9.Rendah Hati
10.Memiliki Iman yang Benar

Bapa Kardinal memberi buku kepada saya : ” Humiality Leadership” Paus Fransiskus. Beliau juga berdoa bagi Sespim untuk dibangun taman doa Gua Maria dan menandatangi prasasti peletakan batu pertama pembangunan ” Balai Kebhinekaan”.

Saya sejak bulan juni 2024 terus menerus banyak kegiatan hingga penutupan pendidikan Sespimen dan Sespimti seakan tirai kabut menutupi akan kunjungan Apostolik Bapa Suci Fransiskus. Irjen Pol Hari Sudwijanto menjadi Kapolda Kaltara digantikan Irjen pol MH Ritonga.

Sekira 2 minggu sebelum kunjungan Bapa Suci, Irjen Ritonga bertanya: “Bang mau tidak kalau di sprinkan Asops Irjen Pol Verdianto Iskandar Biticaca sebagai tim asistensi pengamanan?”.

Dengan spontan saya menjawab: “siap”. Saya juga bertanya tanya saya bisa apa, tetapi saya percaya seperti apa yang dikatakan romo Wihong ” GMPD” Gusti mesti paring dalan “(Tuhan pasti memberi jalan).

Pada suatu malam saya mendapat kiriman aplikasi undangan dari AKBP Purn yang anggota OCI juga dan dibantu Robert Dedeo kami bisa mendapat undangan.

Pada tanggal 03 September 2024 Irjen Ritonga mengajak saya untuk berkumpul di Pos Monas untuk mendapat arahan bapak Asops Ijen pol Verdianto. Saya hari itu ada ujian terbuka promosi doktor : Irjen Pol Rudi Darmoko, membimbing tesis anak S2 STIK dan mengajar Hubungan Antar Suku Bangsa, setelah selesai membahas tentang Crisis Centre yang akan di bangun di Sespim. Hari itu rasanya tidak mungkin bergabung dengan tim pengamanan.

Pada tanggal 04 September 2024 barulah kami bisa bergabung dengan tim pengamanan di Monas. Di sana saya bertemu Dan Kor Brimob : Komisaris Jenderal Imam Widodo, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto dan tim TNI Polri lainnya. Di sela sela perbincangan Dan Kor Brimob menyampaikan kepada saya sambil menunjukan ada foto pengawal Bapa Suci Pays Fransiskus dengan berkata:” Kon kudu iso foto ngene iki “(kamu harus bisa berfoto seperti ini). Beliau juga mengatakan: “duik iso entek tapi, foto karo Paus iku dadi crito tekan anak putu” (uang bisa habis tetapi kalau foto dengan Paus akan menjadi kisah sampai anak cucu. Apa yang dikatakan Dan Kor Brimob menyemangati doa saya yang lama timbul tenggelam bangkit lagi.

Kemudian saya bicara kepada Irjen Pol Ritonga: “kamu masih punya semangat dan nyali bersalaman dengan Bapa Suci?”. Irjen Ritonga menjawab: “iya bang tapi caranya bagaimana? Saya sudah tanya ke sana sini tidak ada yang bisa memastikan bisa bersalaman dengan Bapa Suci”.

Saya spontan menjawab: “masih ingat kisah wanita yang mengalami pendarahan, dengan imannya asal memegang Jubah Yesus maka akan sembuh”. Lalu Irjen Ritonga bertanya lagi: “terus kita harus bagaimana?”.

Saya jawab:” ayo kita ke Katedral saja, aku tidak tahu caranya bagaimana, kita melihat Bapa Suci dengan mata kepala kita saja ini sudah menjadi berkat”.

Kamipun nekat ke Katedral dengan restu Dan Kor Brimob, Kapolda Metro dan As Ops Kapolri. Benar saja kami ditanya tanya macam macam dari Pas Pam Pres, namun kami sebagai orang Katholik diijinkan berada di sekitar halaman gereja Katedral. Kami berbincang bincang dengan tim Paspampres bagaimana bisa bersalaman dengan Bapa Suci, hampir tidak ada kesempatan karena tim pengawal Bapa Suci begitu ketat dan badan mereka juga besar besar. Saat Bapa Suci memasuki halaman Katedral, tim pengamanan Bapa Suci meminta kami untuk menjauh dari mobil Bapa Suci.

Berkat Tuhan, Bapa Suci turun dari mobil dan duduk di kursi roda tidak langsung memasuki gereja namun berkeliling menyalami anak anak yang bermain angklung dn yang menyambutnya, dan Bapa Suci sampai di mana kami berjajar. May Jend Gabriel Lema As Ops Panglima TNI bersalaman dan mencium tangan Bapa Suci, selanjutnya Irjen Ritonga dan sampailah giliran saya. Saya bersalaman dan mencium tangan Bapa Suci dan lengan saya dipuk puk. Lega rasanya dan ternyata ada dokumentasinya. Air mata meleleh rasa lega plong jiwa bahagia terkabul bisa bertemu dan bersalaman dengan Bapa Suci. Terimakasih kepada Tuhan yang melalui tangan tangan orang orang yang menyemangati saya walau sisi logika dan kesempatan hampir hampir tidak ada. Terimakasih saya ucapkan kepada Dan Kor Brimob yang menstimuli saya dengan tulus hati, sekalipun beliau orang muslim.

Pada tanggal 05 September 2024 saya bersama AKBP Albertus Eko ke GBK dan berkeliling melihat tempat misa. Pada pukul 13.00 menjelang misa kami ke Posko Senayan. Saya bertemu dengan Kombes Pol Iroth, dan Kombespol Ananta yang gelangnya diberikan istrinya. Kombes Ananta nampak ingin mengikuti misa walau sebagai tim pengamanan. Kami kemudian bersama sama berjalan menuju gate misa. Saya merasa tidak layak duduk manis, namun sebagai rasa syukur saya bersama Kombes Iroth dan Irjen Ritonga, kembali berkeliling. Pada saat Bapa Suci berkeliling menyapa umat, saya mengeluarkan rosario dan kalung salib St Benedictus yang selalu saya pakai. Saya acungkan dan saya merasa mendapat berkat Bapa Suci.

Pada saat misa agung yang dipimpin Bapa Suci. Seakan ada kelegaan dan obat kehausan. Hidup awal iman kita adalah dengan rendah hati menerima Yesus. “Jangan takut”. Ia memanggil dan menantang kita untuk berani menabur jala. Seperti Petrus yang dengan berat kecewa lelah semalaman tidak mendapatkan ikan, namun karena perintah Guru maka taat melaksanakannya. Dengan iman dan kerendahan hati seperti Petrus berani berbuat apa yang menjadi sabda. Santa Theresia dari Calcuta menyampaikan tanpa lelah dan terus berbuat, dialog, perdamaian bagi yang lemah miskin dan termarjinalkan.

Ini saya kutip dari Fb ibu Puspita menanggapi kotbah Bapa Suci :
“Dalam homilinya, Paus menyentuh beberapa aspek yang sederhana tetapi tidak mudah. Katanya, kita harus tahu menempatkan diri dan menyediakan ruang untuk kehadiranNya dengan mau mendengarkan dengan telinga hati.
Dikatakannya pula agar jangan pernah lelah menabur meski tidak menuai apa-apa. Meski melewati berbagai kekecewaan, kita tetap harus berjuang memajukan perdamaian dan dialog.
Kita didorong untuk berani mengambil risiko utk mau bertolak ke tempat-tempat untuk menebar jala.
Perlihatkan kebaikan budi dan hati. Tebarkan aroma harapan”

Banyak kisah pengalaman rohani yang bisa kita ambil menjadi pedoman hidup kita. Selesai misa rasanya hati saya lega plong apa yang menjadi cita cita dan harapan bisa terlaksana, tentu karena berkat Tuhan. Saya anak kampung Ndekil Kedungsari yang bukan siapa siapa hampir hampir tidak pernah diperhitungkan sering dibully namun atas kuasa Tuhan memberi dan membukakan jalan dan memberikan kemuliaan.

Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang kepada Saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh. Amin

 

Jumat Pertama 060924

Chrysnanda Dwilaksana

Share