Penyedia Tempat Penampungan di AS Dituduh Lakukan Kekerasan Seksual Terhadap Anak-anak Migran Tak Berpendamping
TRANSINDONESIA.co | Sejumlah pegawai perusahaan terbesar yang menyediakan tempat tinggal bagi anak-anak migran tanpa pendamping di AS berulang kali melakukan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang mereka rawat selama delapan tahun terakhir, demikian tuduhan yang dilayangkan Departemen Kehakiman AS.
Pegawai Southwest Key, termasuk penyelia, telah memerkosa, menyentuh atau meminta foto seksual dan telanjang anak-anak setidaknya sejak tahun 2015, demikian tuduhan Departemen Kehakiman dalam gugatan yang diajukan pada hari Rabu (17/7). Sedikitnya dua pegawai telah didakwa sejak tahun 2020, menurut gugatan tersebut.
Southwest Key, yang bermarkas di Austin, Texas, adalah perusahaan penyedia tempat tinggal terbesar bagi anak-anak migran tanpa pendamping, yang beroperasi dengan menggunakan dana hibah dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.
Perusahaan itu memiliki 29 tempat penampungan anak migran dengan kapasitas 6.350 orang, yang tersebar di Texas (17 tempat), Arizona (10 tempat) dan California (2 tempat). Tempat penampungan terbesar yang dimiliki perusahaan itu terletak di Brownsville, dengan kapasitas 1.200 orang.
Kantor Berita Associated Press meninggalkan pesan bagi perusahaan tersebut untuk meminta tanggapan pada Kamis (18/7).
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS melaporkan bahwa terdapat 7.765 anak yang ditampung di seluruh fasilitas perusahaan kontraknya per tanggal 31 Mei, menurut data terbaru di situs webnya, tanpa merinci jumlah per tempat penampungan atau per perusahaan penyedia layanan. Departemen itu menolak menyebut berapa banyak anak yang ditampung di perusahaan Southwest Key atau apakah mereka masih meminta perusahaan itu menampung anak-anak migran.
Gugatan yang memuat detail dari beberapa dugaan kekerasan yang terjadi, menunjukkan bahwa pihak berwenang telah menerima lebih dari 100 laporan kekerasan atau pelecehan seksual di tempat penampungan perusahaan tersebut sejak tahun 2015.
Beberapa tuduhan yang dilayangkan dalam gugatan: Seorang pegawai “berkali-kali melakukan kekerasan seksual” terhadap tiga anak perempuan berusia 5, 8 dan 11 di tempat penampungan Casa Franklin di El Paso, Texas. Anak berusia 8 tahun itu mengatakan kepada para penyelidik bahwa petugas perusahaan itu “berulang kali memasuki kamar tidur mereka di tengah malam untuk menyentuh ‘area pribadi’ mereka, dan ia mengancam akan membunuh keluarga mereka jika mereka mengungkap tindak kekerasan tersebut.”
Gugatan itu juga menuduh seorang pegawai tempat penampungan Southwest Key di Tucson, Arizona, membawa seorang anak laki-laki berusia 11 tahun ke sebuah hotel dan membayar anak itu agar melakukan tindakan seksual selama beberapa hari pada tahun 2020.
Anak-anak itu diancam dengan kekerasan terhadap mereka atau keluarga mereka apabila mereka melaporkan kekerasan itu, menurut isi gugatan hukum. Gugatan itu juga menyertakan kesaksian para korban yang menyebut bahwa pegawai lain, dalam beberapa peristiwa, mengetahui tindak kekerasan yang terjadi namun tidak melaporkannya, atau justru menutupinya.
Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Xavier Becerra mengatakan pada Kamis bahwa pengaduan tersebut “menimbulkan kekhawatiran pola atau praktik yang serius” terkait Southwest Key. “Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan tidak menoleransi segala bentuk kekerasan seksual, pelecehan seksual, perilaku seksual yang tidak pantas dan diskriminasi,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Gugatan hukum itu dilayangkan kurang dari tiga pekan setelah seorang hakim federal mengabulkan permintaan Departemen Kehakiman untuk mencabut pengawasan khusus pengadilan atas anak-anak migran tanpa pendamping yang dirawat oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa kebijakan pengamanan yang baru membuat pengawasan khusus tidak diperlukan lagi setelah mulai diberlakukan 27 tahun yang lalu. [voa]
Sumber: Voaindonesia.com