BKKBN Wisuda 130 Lansia

TRANSINDONESIA.co : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) wisuda 130 lanjut usia (lansia). Para lansia tersenyum haru memakai toga naik panggung Wisuda Sekolah Lansia dalam rangkaian Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 Tahun 2024.

“Lansia ini di usia senjanya tetap menjadi lansia yang tangguh, smart, sehat, mandiri, aktif, produktif, dan bermartabat. Artinya, walaupun usia sudah lanjut tapi mereka tetap bermanfaat untuk berkontribusi kepada negara,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK), Nopian Andusti, SE, MT, mewakili Kepala BKKBN, dokter Hasto saat mewisuda 130 lansia di Pendopo Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (25/6/2024).

Menurut Nopian adanya potensi bagi para lansia untuk menjadi penduduk rentan apabila dibiarkan tanpa bimbingan. “Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan mereka agar menjadi lansia tangguh, walaupun meningkat jumlahnya tidak menjadi beban negara. Kita harapkan sekolah lansia ini menjadi suatu wadah dengan pendekatan pendidikan sepanjang hayat, dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, 7 Dimensi Lansia Tangguh,” jelas Nopian.

Dikatakannya, jumlah lansia terus meningkat setiap tahun. Bahkan sejak 2021, Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua (ageing population), di mana sekitar 1 dari 10 penduduk adalah lansia. Data Susenas Maret 2023 menunjukkan bahwa sebanyak 11,75 persen penduduk Indonesia adalah lansia.

Sejak tahun 2023, BKKBN mengembangkan bekerjasama dengan Indonesia Ramah Lansia (IRL) dalam upaya melakukan pemberdayaan lansia melalui integrasi Sekolah Lansia di Bina Keluarga Lansia (SL-BKL). Ini dilakukan melalui kolaborasi pentahelix antara IRL, BKKBN, Komunitas Lansia, koperasi dan masyarakat.

Sekolah Lansia adalah model pendidikan non formal bagi lanjut usia dengan menerapkan kurikulum terpadu yang memanfaatkan latihan, permainan, dan senam untuk memberikan pengetahuan kepada peserta terkait bagaimana menjaga kemandirian dan mencegah penyakit degeneratif.

“Dari Sekolah Lansia kita menggali kemampuan para lansia. Banyak sekali lansia yang sebetulnya produktif, mereka masih bisa menyumbangkan ilmunya, masih bisa menyumbangkan tenaganya. Tapi karena tidak diberi ruang dan kesempatan sehingga tertutup. Kita harus ‘explore’,” kata Nopian.

Lebih lanjut Nopian mencontohkan kondisi lansia di negara maju seperti Singapura yang masih tetap bekerja.

“Mereka bekerja sesuai kemampuan mereka. Ada yang bekerja di rumah sakit untuk mendorong kursi roda, ‘cleaning service’. Artinya, di usia tua mereka tetap produktif. Kita ingin menuju ke arah sana sebetulnya. Seringkali para lansia merupakan orang-orang yang hebat pada masanya.  Ketika mereka sudah purna mereka berhenti dan istirahat di rumah. Padahal ilmu mereka masih bisa dimanfaatkan,” tambah Nopian.

Dari tahun 2022 hingga tanggal 21 Juni 2024, sudah terbentuk sebanyak 757 Sekolah Lansia di seluruh Indonesia. Di Jawa Tengah sendiri, memecah rekor dengan terbentuknya 177 Sekolah Lansia dengan jumlah siswa yang sudah diwisuda pada standar 1 sebanyak 2.613 orang dan standar 2 sebanyak 455 orang. “Luar biasa, lebih dari 30 persen itu (sekolah lansia) ada di Jawa Tengah,” puji Nopian.

“Pada tahun 2024 diharapkan minimal terbentuk satu Sekolah Lansia baru pada setiap kabupaten/kota, terutama yang belum memiliki Sekolah Lansia. Selain itu, data potensi, siswa, dan aktivitas belajar di Sekolah Lansia wajib dilaporkan pada Aplikasi Go Lansia Tangguh (GoLantang),” tukas Nopian.

Potret Sekolah Lansia

Sejak tahun 1998, Maria Anna Sri Warti sudah mengadakan pertemuan komunitas lansia di wilayah Desa Genteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Namun, Sekolah Lansia sendiri baru ia mulai pada tahun 2019, terdiri dari delapan kelas untuk ‘membimbing’ lansia dari tujuh dusun.

“Untuk pembelajaran kami sesuai dengan kurikulum yang ada. Jadi, tidak semaunya sendiri. Kurikulum dasar tentang kesehatan, kurikulum menengah tentang praktek-praktek, kurikulum yang terakhir itu kunjungan,” ujar Maria sebagai Kepala Sekolah Lansia BKL Pancasila.

Dirinya menjelaskan bahwa jemput bola menjadi sistem pembelajarannya. Hal ini karena tidak memungkinkan untuk mengumpulkan lansia dalam satu tempat. Para pengurus hadir langsung pada kelas di masing-masing dusun, dengan jadwal yang sudah dipadukan dengan mitra Rumah Sakit Ken Saras, Puskesmas Duren, Klinik Tri Karya, dan Rumah Retret Syalom.

“Antusias dari para lansia itu luar biasa. Kami bertemu sebulan sekali. Kalau sudah bertemu sekali saja maunya ketemu terus. Karena mereka merasa beruntung, merasa senang karena mendapat ilmu untuk kemandirian mereka pribadi, terutama di bidang kesehatan. Cara menolong diri sendiri juga disampaikan,” jelas Maria.

Sampai saat ini, Sekolah Lansia yang dipimpinnya sudah menyelesaikan kurikulum lanjut dan menengah standar 1, dan sedang menjalani kurikulum standar 2, untuk kemudian melanjutkan standar 3. Maria menyebut total siswa yang sudah wisuda sebelumnya sejumlah 215 orang, ditambah 130 orang diwisuda hari ini, dan menyisakan 471 siswa yang masih menjalani pembelajaran.[nag]

Share