Permusuhan Israel-Hizbullah Timbulkan Kekhawatiran akan Meluasnya Perang Gaza
TRANSINDONESIA.co | Israel dan Hizbullah kembali saling melancarkan serangan lintas perbatasan, ketika kekhawatiran akan konflik regional meningkat setelah Israel mengungkapkan bahwa mereka telah menyetujui rencana serangan ke Lebanon dan militan yang didukung Iran itu berjanji untuk “menghujani” musuh mereka dengan roket.
Hizbullah mengatakan pihaknya menembakkan puluhan roket ke Israel utara, Kamis (20/6) sebagai pembalasan atas serangan udara mematikan di Lebanon selatan yang menurut Israel menewaskan salah satu agen kelompok tersebut. Hizbullah juga mengklaim beberapa serangan lain terhadap pasukan dan posisi Israel sepanjang hari Kamis.
Militer Israel mengatakan jet-jet tempurnya telah menyerang dua fasilitas penyimpanan senjata dan beberapa lokasi lain milik kelompok tersebut, dan bahwa mereka telah menembakkan artileri “untuk menghilangkan ancaman di beberapa wilayah di Lebanon selatan.”
Tepat sebelum tengah malam, tentara mengatakan mereka “berhasil mencegat “target udara mencurigakan” yang melintasi Lebanon.” Dan pada Jumat pagi, media Lebanon melaporkan serangan baru Israel di selatan negara itu.
Para pakar berbeda pendapat mengenai prospek perang yang lebih luas, hampir sembilan bulan setelah Israel melancarkan kampanye untuk memberantas sekutu Hizbullah, Hamas, kelompok militan Palestina di Jalur Gaza.
Hizbullah dan pasukan Israel hampir setiap hari saling baku tembak sejak serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang memicu perang Gaza, dan komentar-komentar yang bersifat permusuhan telah meningkat seiring dengan serangan tersebut.
Pendukung militer utama Israel, Amerika Serikat, berupaya mencegah perluasan permusuhan di sepanjang perbatasan.
Dalam pertemuan dengan para pejabat Israel yang berkunjung di Washington, Menteri Luar Negeri Antony Blinken menggarisbawahi “pentingnya menghindari eskalasi lebih lanjut di Lebanon dan mencapai resolusi diplomatik yang memungkinkan keluarga-keluarga Israel dan Lebanon untuk kembali ke rumah mereka,” menurut sebuah pernyataan.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Rabu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan “tidak ada tempat” di Israel yang “akan terhindar dari serangan roket kami” jika perang yang lebih luas terjadi. Dia juga mengancam Siprus jika negara itu membuka bandara atau pangkalannya ke Israel “untuk menarget Lebanon.”
Siprus, yang adalah anggota Uni Eropa, memiliki dua pangkalan Inggris, termasuk sebuah pangkalan udara, tetapi keduanya berada di wilayah kedaulatan Inggris dan tidak dikendalikan oleh pemerintah Siprus.
Pada hari Kamis, juru bicara pemerintah Siprus Konstantinos Letymbiotis menolak anggapan yang “sama sekali tidak berdasar” mengenai adanya kemungkinan keterlibatan dalam konflik yang berkaitan dengan Lebanon.
Pesawat-pesawat tempur dari pangkalan udara Inggris di Siprus, bersama dengan pasukan AS, menyerang pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman yang selama berbulan-bulan menarget kapal-kapal kargo yang berlayar di Laut Merah.
Pada hari Kamis, militer AS mengatakan telah menghancurkan beberapa drone Houthi, sehari setelah pasukannya menyerang dua lokasi pemberontak itu di Yaman. [voa]