Pandawa Dadhu: Perjudian, Supata dan Karma dari Judi Konvensional sampai Judi Online

TRANSINDONESIA.co |Oleh: Chrysnanda Dwilaksana

Kisah Pandawa Dadhu mengakibatkan pelecehan terhadap Drupadi dan kesengsaraan para Pandawa selama 12 tahun terasing yang menstimuli perang Bharatayuda.

Permainan yang berbau perjudian ada di semua lini kehidupan. Rakyat kebanyakan kelas menengah ke bawah akan menjadi korban. Kecanduan dan merindukan permainan ini. Seperti Nalo, Togel, SDSB, Rolet, Klothuq, Cap Jie Kie, Cap Sa, Remi, Domino, Ganjil Genap, Thik Pol, Kiyu Kiyu, Jemek, Tomprang, dan masih banyak lagi. Permainan permainan itu mungkin sudah tidak ada lagi, namun perjudian berkembang dalam wujud on line. Apakah permainan ini bagian dari kehidupan denhan berbagai karmanya? Secara sosial iya karena manusia sebagai mahkluk sosial memerlukan olah raga, olah rasa dan olah jiwa. Apa yang dilakukan orang orang kebanyakan nampaknya asyik asyik saja dan membuat jiwa bahagia, walau faktanya ada yang gila karenanya.

Tidak ada penjudi yang sukses walau pepatah mengatakan bandar pasti menang. Dalam perjudian ada kelicikan, karena semua dimainkan dan dijadikan permainan bagaimana menang. Cara cara tidak rasionalpun akan dilakukan dari bertapa, sungkem dengan orang pinter atau dukun sampai tidur di kuburan.

Dalam perjudian kalah menang hal biasa, sesal ada namun apa guna. Perjudian menjadi penyakit masyarakat, mencandui, merusak pikiran, bahkan merusak kehidupan. Orang orang kebanyakan yang sudah kecanduan biasanya menjadi malas bekerja, lelah berpikir, berharap yang tak jelas bahkan bisa terjerumus pada tindakan kriminal. Dalam perjudian kawannya mabuk minuman keras, obat obatan bahkan narkotika. Belum lagi prostitusi. Uang gampang dicari maka menghamburkan uang bagai kesenangan. Banyak lupa diri lupa masa depan, lupa keluarga anak istri di biarkan. Permainan perjudian menjurus pada kerusakan moral.

Para bandar tentu mencari keuntungan dan menjadikan bisnis haram ini sebagai jalan pintas menjadi kaya. Tentu kalau fair bisa kebat kebit jantungan. Penuh kekhawatiran bahkan bisa saja gulung tikar, bangkrut.

Para pengelola perjudian dengan berbagai cara seakan akan mengeluarkan bocoran denhan nomor nomor kunci dan syair syair sandi yang serba samar membingungkan sebagai panduan ramalan. Namanya juga permainan kode bocoran dan sandi sandi jitu anti blong semakin menggoda.

Syair syair sandi dan berbagai rumusan rumusan jitu tahun 1970 an sd 1990 an menjadi inspirasi karya seni rupa, kritik sosial atas candu yang menyesakan dan menyesatkan kehidupan. Apa yang ditampilkan mengingatkan kalau kecanduan permainan perjudiaan bisa kehilangan kewarasan. Lupa apa saja. Perjudian menjadi penyakit masyarakat yang korbannya rakyat biasa. Seperti lagu Rhoma Irama ” yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin “. Permainan memang ada masanya dan setiap masa ada permainannya. Memang menyedihkan tatkala semua menutup mata dan permisif terharapnya. Duka lara dampak akibatnya sangat panjang dan sesal tiada guna.

Perjudian dalam kisah pewayangan menjadi pengingat betapa sengsaranya akibatnya. Tak hanya itu sumpah supata dan karma bisa saja menerpa.

Mengatasi perjudian akan sia sia tatkala para aparatnya kualitas literasinya rendah. Mereka akan terbeli bahkan rela dan bangga membackingi walau mengkhianati rakyatnya.

Seni sebagai pelipur lara dan refleksi kritis atas judi dan perjudian dapat direfleksikan melalui karya rupa ” Ekspresi syair sandi”, dalam topik judul karya:

1.Permainan atau perjudian yang memggambarkan permainan yang berbeda dan bertentangan dengan keutamaannya akan menjadi perjudian.

2.Kisah kisah di balik syair sandi refleksi di luar logika yang mencandui para pecandunya untuk merumuskan dengan othak athik gathuk.

3.Nembus dan blong sama saja hanya rasa

Meregleksikan kalah menang hal biasa dan terus berusaha bahagia walau sia sia.

4.Candu sosial

Perjudian mencandui dan merusak moral namun terus saja dipuja puja dan dilakoninya.

5.Setiap masa ada permainannya, setiap permainan ada masanya

Perjudian beragam dari manual konvensional sampai di era digital ada permainananya yang menjurus pada judi.

6.Cekokan instan

Perjudian menjerumuskan dalam cara instan dalam memenuhi kebutuhan yang membuat malas bekerja dan berpikir.

7.Apa mau dikata kalau sudah terlena

Kepasrahan karena merasa sia sia melawannya karena semua sudah kecanduan gila.

8.Siapa saja bisa kena

Judi bagai pandemi siapa saja bisa tertular termasuk para aparatur dan para tokohnya, dan akan berulang dan berulang sekalipun mengatakan sudah sembuh total

9.Salim sungkem sebelum bermain

Saking kepingin cepat kaya maka siapapun yang dianghap sebagai suhu atau memberikan kemenangan akan dicium tangannya bahkan kakinya untuk kemenangannya sekalipun jauh dari logika.

10.Permainan, yang memainkan atas hidup dan kehidupan namun dipuja puji.

Macam macam judi yang ada dalam kehidupan sosial kemasyarakatan antara lain:

1.Rolet kampung

2.Klothuq

3.Jemek

4.Qiu qiu

5.Joker

6.Domino

7.Thek pol

8.Tomprang

9.Taksio

10.Nalo

11.Togel

12.Adu ayam

13.Berbagai jenis judi online, dsb.

Logika menguap mengolah angka angka dalam matematik mistik .Dari kata menjadi angka atau peristiwa yang diangkakan. Menebak mimpi dalam angka.Yang penting hepi apapun yang terjadi. Spirit menembus mimpi bejo bejan, mengadu nasib untung untungan.Othak athik gathuk asal mathuk, walau harap harap cemas  menunggu yang tak tentu

Apa saja yang penting jitu

Kalah menang hanya permainan.Perhitungan untung untungan

Walau tahu ada tipu tipu sang bandar.

Sengkuni disimbolkan sebagai tokoh licik dengan dadhu sebagai senjatanya melucuti lawannya. Bisa dibayangkan betapa judi bagai pandemi yang mencanduai siapa saja, termasuk tokoh yang dianggap mulia seperti Yudistira bisa mempertaruhkan kerajaannya, adik adiknya bahkan istrinya. Sekarang ini judi on line marasuk pula di kalangan ibu ibu, anak anak sekolah, para aparat yang tidak lagi menonton sinetron atau belajar atau bekerja dengan baik melainkan main judi on line.

Judi menurut saya bukan seni, karena berefek tergerusnya nilai nilai kemanusiaan. Kisah Pandawa Dadhu bagaimana saktinya para Pandawa dan para Punggawa Hastina Pura tidak bisa berbuat apa apa tatkala ada pelecehan terhadap Drupadi. Bagaimana bila Basudewa Krisna tidak menolong sahabatnya, tentu Drupadi menjadi ajang pelecehan kehormatan keluarga Bharata. Bisma, Begawan Durna, Raja Angga Karna hingga Raja Drestarata tidak bisa menghentikan perilaku buruk Kurawa. Di era digital sistem on line yang dibanggakan sebagai solusi di masa new normal ternyata ada sisi gelapnya salah satunya judi on line. Itukah supata dan karma dalam kehidupan tatkala literasi aparaturnya rendah?**

 

Tegal Parang 160624

Share