Idul Adha dan Momentum Pilkada

TRANSINDONESIA.co | Beberapa hari lagi, Umat Islam se-dunia akan merayakan Idul Adha atau Hari Raya Kurban. Memperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya Ismail sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah. Sebelum Ibrahim mengorbankan putranya, Allah menggantikan Ismail dengan domba. Untuk memperingati kejadian ini, hewan ternak disembelih sebagai kurban setiap tahun.

Tentu, peristiwa Ismail yang kemudian diangkat Allah menjadi Nabi,  menyampaikan banyak hikmah yang dapat diambil dari peristiwa yang juga dikenal sebagai Idul Kurban, yakni kesetiaan, loyalitas, integritas, dan kepatuhan antara seorang hamba terhadap Tuhannya.

Idul kurban juga mengajarkan pada kita untuk solidaritas sosial dan empati terhadap sesama. Sebuah simbol bahwa orang yang mampu harus mau berbagi, orang yang mampu harus mau membagi kekayaannya dengan yang lain.

Hikmah lain dari Idul Adha yang identik dengan penyelenggaraan ibadah haji adalah pengabdian hamba kepada Allah SWT. Selain itu di dalam ibadah haji tersimpan sebuah pesan yang menunjukkan bahwa manusia adalah hamba yang lemah, tidak ada apa-apanya dihadapan Allah SWT dan yang membedakan hanya ketakwaan

Ibadah haji diwujudkan dalam tahapan seperti tawaf, melempar jumrah, tahalul, sa’i dan wukuf di Arafah.

Sedangkan penyembelihan hewan kurban bukanlah di lihat pada hewannya, darah dan dagingnya tetapi sebagai satu perwujudan ketakwaan seseorang pada Allah SWT.

Bulan Zulhijah dikenal sebagai bulan haji atau kurban bagi umat Islam untuk selalu berupaya menghayati dan mengaktualisasikan makna esensi dan pesan-pesan luhur ibadah kurban dalam Islam, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai Khalifatullah, baik sebagai umat Islam maupun warga bangsa yang tidak terlepas dari misi agama untuk menghadirkan kemaslahatan dan kesejahteraan bagi sesama.

Peristiwa monumental ini juga mengandung ‘ibrah (pelajaran), bahwa Allah SWT sangat sayang dan menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa manusia.

Refleksi Idul kurban ini juga momentum Pilkada Serentak pada November 2024, dimana para calon pemimpin daerah(bupati, wali kota, gubernur) adalah orang yang mestinya menjadi panutan bagi rakyatnya.

Sehingga, pada momentum Pilkada nanti, masyarakat mendapat pemimpin yang benar-benar berjuang untuk kemaslahatan bagi masyarakat yang akan di pimpinnya. **

 

Penulis: Haji Syahrir (Anggota Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat)

Share