TRANSINDONESIA.co | Pascaserangan ratusan rudal dan drone Iran ke wilayah Israel, berbagai pihak meminta agar Israel menahan diri untuk tidak meningkatkan ketegangan di kawasan.
Israel yang kini tengah mempertimbangkan respons terhadap serangan tersebut mendapat peringatan keras dari Iran bahwa mereka siap melakukan serangan balasan kembali hanya dalam hitungan detik.
Komandan militer Israel, Letjend Herzi Halevi mengatakan pasukannya dalam kondisi “siaga tertinggi” dan sedang dalam proses “menilai situasi lebih dekat” terkait respons yang akan diberikan atas serangan tersebut.
“Iran akan mendapat konsekuensi atas tindakannya. Kami akan memilih respons yang sesuai. IDF tetap siap untuk membalas ancaman apa pun dari Iran dan proksi terornya, sementara kami melanjutkan misi kami untuk mempertahankan negara Israel,” ujar Halevi dalam sebuah keterangan video, Senin (15/4).
Serangan Iran yang dilancarkan pada hari Sabtu (13/4) merupakan serangan balasan setelah Israel diduga menyerang gedung konsuler Iran dua pekan sebelumnya di ibu kota Suriah, Damaskus, yang menewaskan dua jenderal Iran.
Serangan itu menandakan untuk yang pertama kalinya Iran melakukan serangan militer langsung ke Israel, meski sudah ada permusuhan selama beberapa dekade sejak Revolusi Islam pada tahun 1979 di negara itu.
Deputi Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani pada hari Senin (15/4) menyatakan dalam sebuah tayangan televisi nasional Iran bahwa Israel akan menghadapi “respons yang tegas dan keras jika rezim Zionis itu membuat langkah jahat sekecil apapun.”
“Seperti yang saya katakan, tidak akan ada lagi jeda 12 atau 13 hari antara langkah rezim Zionis dan respons kuat dari Iran. Para Zionis itu sekarang harus memperhitungkannya dalam hitungan detik, bukan jam,” tegas Kani.
Situasi ini lantas menimbulkan kekhawatiran akan ketegangan yang semakin meluas ke kawasan – tidak hanya antar kedua negara.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada hari Selasa (16/4) mengatakan dalam konferensi pers di Berlin bahwa dirinya akan bertolak ke Tel Aviv untuk membantu de-eskalasi situasi setelah serangan tersebut.
Sementara Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dalam kesempatan yang sama juga menyatakan bahwa negaranya yang berbatasan langsung dengan Israel itu tidak akan membiarkan Israel maupun Iran “mengubah Yordania menjadi medan perang.”
Guna mencegah eskalasi di kawasan, Safadi meminta seluruh komunitas global untuk menekan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu “untuk tidak menanggapi dan menjerumuskan kawasan ke dalam spiral perang yang baru.”
“Bukan rahasia lagi bahwa kebijakan perdana menteri Israel bertujuan untuk memperluas konflik demi meringankan tekanan yang terus meningkat terhadapnya secara global sebagai akibat dari pembunuhan, perang, dan penghancuran yang dilakukannya di Gaza,” jelas Safadi.
Militer Israel sebelumnya menyatakan telah berhasil menggagalkan 99% serangan rudal dan drone yang diluncurkan Iran, berkat sistem pertahanan udara miliknya serta bantuan dari koalisi yang dipimpin Amerika Serikat.
Terkait keterlibatan Yordania dalam menghalau serangan rudal Iran ke Israel, Safadi menjelaskan bahwa situasi saat itu “dipercaya sebagai ancaman terhadap keselamatan penduduk Yordania yang posisinya terletak di tengah-tengah.” [voa]