Saksi Mata: Tank Israel Mengepung Rumah Sakit Nasser di Gaza

TRANSINDONESIA.co | Tank-tank dan kendaraan lapis baja Israel mengepung Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza, pada Selasa (26/3), kata sejumlah saksi mata, di saat organisasi Palang Merah Palestina melaporkan adanya rumah sakit lain yang “tidak dapat memberikan layanan,” akibat operasi militer yang digelar Israel.

Para saksi mata di Rumah Sakit Nasser, di mana ribuan pengungsi Palestina mencari perlindungan dari perang, mengatakan kepada AFP bahwa tembakan-tembakan telah diarahkan ke kompleks rumah sakit yang luas di kota di selatan Gaza itu, tetapi belum ada penyerbuan langsung yang dilakukan.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan, pasukan Israel menembakkan peluru-peluru dan melakukan penggerebekan dengan kekerasan di sekitar rumah sakit itu sebagai bagian dari persiapan penyerbuan mereka.

“Ribuan pengungsi masih berada di dalam rumah sakit,” kata kementerian tersebut.

“Mereka tidak memiliki pasokan air minum, makanan dan susu bayi yang cukup, dan hidup mereka berada dalam bahaya,” tambahnya.

Angkatan bersenjata Israel tidak memberikan respons segera kepada permintaan komentar yang disampaikan AFP.

Selama sembilan hari terakhir, pasukan Israel telah terlibat dalam pertempuran besar di dalam dan di sekitar Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, yang merupakan rumah sakit terbesar di kawasan tersebut. Mereka mengklaim telah menewaskan 170 militan Palestina di tempat itu dan menahan ratusan lainnya.

Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina pada Selasa mengatakan bahwa Rumah Sakit Al-Amal, di dekat Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, tidak dapat memberikan layanan setelah pasukan Israel mengosongkan rumah sakit itu dan menutup jalan masuknya.

Organisasi kesehatan itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “komunitas internasional gagal untuk menyediakan perlindungan yang dibutuhkan” bagi staf, pasien dan pengungsi Gaza yang berlindung di Al-Amal.

Organisasi tersebut juga mengatakan, satu pasien dan satu relawan mereka tewas pada hari Minggu (24/3) karena tembakan Israel.

Federasi Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan bahwa rumah sakit tersebut telah berubah menjadi “medan perang, ketika tempat itu seharusnya menjadi lokasi berlindung.”

“Penutupan paksa Rumah Sakit Al-Amal, salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih ada di wilayah selatan, memiliki dampak yang luas, yang membuat kehidupan begitu banyak orang berada dalam risiko,” kata IFRC dalam sebuah pernyataan.

“Ditandai dengan jelas dengan lambang bulan sabit merah, Rumah Sakit Al-Amal dilindungi di bawah Hukum Kemanusiaan Internasional.”

Militer Israel, yang pada Senin (25/3) dilaporkan telah membunuh sekitar 20 pejuang di sekitar Rumah Sakit Al-Amal, tidak berkomentar terhadap pernyataan tersebut. [voa]

Share