Yordania-Jerman: Serangan Israel ke Rafah Perburuk Kondisi Kemanusiaan
TRANSINDONESIA.co | Yordania dan Jerman memperingatkan bahwa serangan darat Israel di kota Rafah akan memperburuk kondisi kemanusiaan di selatan Jalur Gaza. Tentu itu sama saja memperpanjang malapetaka.
Raja Yordania Abdullah II mengadakan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di kota pelabuhan Laut Merah, Aqaba. Ini untuk membahas perkembangan di Gaza, kata istana kerajaan dalam sebuah pernyataan.
“Kami menyerukan upaya ganda untuk melindungi warga sipil dan memberikan bantuan kemanusiaan. Ini yang memadai dengan segala cara,” kata Abdullah seperti dilansir Anadolu, Senin (18/3/2024).
“Kami menggarisbawahi perlunya komunitas internasional untuk segera bergerak. Guna mencapai gencatan senjata yang segera dan permanen di Jalur Gaza,” ujarnya menambahkan.
Kedua pemimpin juga memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, tempat 1,4 juta orang mengungsi dari perang Israel sedang berlangsung. Ini memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.
Israel melancarkan serangan militer mematikan di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 31.600 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak saat itu telah tewas.
Serta hampir 73.700 lainnya luka-luka. Di tengah kehancuran massal dan kelangkaan bahan kebutuhan pokok.
Perang Israel telah memaksa 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap sebagian besar makanan. Lalu air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur daerah itu telah rusak atau hancur.
Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Putusan sementara pada Januari 2024 memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan aksi genosida dan memastikan bantuan kemanusiaan. [rri]