PBB Tuduh Israel Halangi Evakuasi Medis di Gaza
TRANSINDONESIA.co | Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) telah menuduh pasukan Israel menghalangi evakuasi medis pasien dari rumah sakit di Gaza, dan mencegah mereka mencapai fasilitas medis lain di daerah Rafah yang berbatasan dengan Mesir selama beberapa jam pada hari Minggu (25/2) lalu.
Juru bicara OCHA Jens Laerke mengatakan pada hari Selasa (27/2) bahwa konvoi medis tersebut mengangkut 24 pasien, termasuk satu perempuan hamil dan satu ibu serta bayi yang baru lahir, dari Rumah Sakit Al Amal di Khan Younis.
“Militer Israel memaksa pasien dan staf keluar dari ambulans dan menanggalkan pakaian semua paramedis. Tiga paramedis kemudian ditahan, meskipun data pribadi mereka telah diberikan kepada pasukan Israel sebelumnya, sementara konvoi lainnya tetap di sana selama lebih dari tujuh jam. Seorang paramedis telah dibebaskan, dan kami memohon agar dua orang lainnya serta seluruh petugas kesehatan lainnya yang ditahan segera dibebaskan,” ujar Laerke.
Militer Israel belum mengomentari insiden itu, dan hanya mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki rincian yang dituduhkan oleh OCHA.
Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Christian Lindmeier mengatakan beberapa orang yang berada dalam konvoi tersebut tidak bisa berjalan, “namun semuanya dipaksa keluar dari ambulans.”
“Anda dapat bayangkan berada dalam konvoi medis dalam kondisi yang membahayakan nyawa, dan tidak bisa bergerak ataupun dapat bergerak dan dipaksa menunggu di luar [ambulans] selama tujuh jam, itu sungguh kondisi yang tak terbayangkan,” ujarnya.
Rumah Sakit Al Amal telah menjadi pusat dari operasi militer di Khan Younis selama lebih dari satu bulan. WHO melaporkan bahwa sebanyak 40 serangan terjadi di rumah sakit tersebut sejak 22 Januari hingga 22 Februari, di mana serangan serangan-serangan itu telah menewaskan 25 orang dan membuat rumah sakit tidak berfungsi.
Saat ini, terdapat 215 orang yang masih berada di rumah sakit, termasuk 31 pasien, petugas medis, paramedis, supir ambulans, delapan orang dokter dan 10 perawat.
“Sebanyak 24 pasien telah dievakuasi dari Al Amal ke sebuah rumah sakit di Rafah di mana mereka dapat menerima perawatan,” kata Laerke. “Dan beberapa di antaranya, jika tidak semuanya, perlu menjalani operasi, yang mana hal itu tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Al Amal.”
Lindmeier mencatat pada insiden pada hari Minggu itu bukanlah insiden serupa pertama. Ia mengatakan sebanyak delapan konvoi juga dihalangi untuk dapat mengangkut pasien yang membutuhkan perawatan lebih lanjut.
“Para pekerja kemanusiaan telah diganggu, diintimidasi, atau ditahan oleh pasukan Israel, dan fasilitas kemanusiaan telah diserang,” ujarnya. [voa]