Presiden AS Anggap Respons Israel di Gaza “Berlebihan”
TRANSINDONESIA.co | Presiden AS Joe Biden mengatakan respons militer Israel di Gaza “berlebihan”, yang disebutnya dengan “over-the-top”. Ia juga berupaya mencari solusi bagi masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina.
Hal tersebut disampaikan Joe Biden menyampaikan pidato singkat di Gedung Putih, Washington, AS, Kamis (8/2/2024). Ia menyampaikan pidato tersebut yang disiarkan langsung secara luas oleh sejumlah media di Amerika Serikat.
“Saya berpandangan, seperti yang Anda tahu, bahwa tindakan respons di Jalur Gaza sudah berlebihan (over-the-top),” kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih pada Kamis (8/2/2024).
Menurutnya, posisinya secara jelas menekan Mesir dan Israel agar segera membuka jalur penyeberangan ke Gaza. Upayanya tersebut dilakukan untuk membuat banyak bantuan kemanusiaan dapat segera masuk ke Gaza.
“Banyak orang yang tidak bersalah kelaparan, banyak orang yang tidak bersalah atau berada dalam kesulitan dan sekarat. Dan ini harus segera dihentikan,” kata Biden.
Ia mengatakan telah menghubungi Qatar, Saudi, dan Mesir untuk meningkatkan jumlah bantuan ke Gaza. Bantuan tersebut akan dapat berdampak positif bagi para wanita dan anak-anak yang membutuhkan.
Biden juga tengah mengupayakan gencatan senjata yang disebutnya dengan “mempertahankan jeda” dalam pertempuran yang berlangsung. Ia berharap akan ada perubahan terhadap pertempuran di Gaza dengan masuknya kesepakatan ini.
Sementara itu, setidaknya 23 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka pada Jumat (9/2/2024). Mereka menjadi korban dari serangkaian serangan kekerasan Israel yang menargetkan beberapa wilayah di Jalur Gaza.
Serangan tersebut termasuk menghantam taman kanak-kanak yang menampung para pengungsi, seperti dikutip dari Anadolu Agency. Sumber medis Palestina mengatakan pesawat Israel mengebom rumah-rumah dan jalan-jalan di sejumlah kamp di Jalur Gaza tengah.
Sebuah rumah juga menjadi sasaran di Rafah, Jalur Gaza selatan. Setidaknya empat warga Palestina tewas, termasuk tiga anak-anak. Sumber-sumber medis juga mengatakan Israel membom jalan-jalan utama di kamp Maghazi, dan rumah di kamp Bureij dan Nuseirat.
Setidaknya sepuluh mayat dan sejumlah korban luka ditemukan dari daerah sasaran di kamp-kamp tersebut. Polisi Israel juga menahan 18 orang, termasuk tiga warga negara Kanada dari keluarga yang sama.
Mereka ditahan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan. Pasukan Israel mencapai daerah tempat tinggal keluarga pengungsi dengan mengenakan pakaian sipil dan kendaraan sipil.
“Pasukan khusus Israel, yang mengenakan pakaian sipil, menangkap Ahmed Hashem Al-Agha dari Palestina dan putranya Hashem dan Baraa, yang memiliki kewarganegaraan Kanada,” kata Ahmed al-Agha, dekan Fakultas Hukum di Universitas Palestina, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Sejak 7 Oktober, Israel telah membunuh 27.840 warga Palestina dalam serangannya di Jalur Gaza. Korban tersebut termasuk 12.000 anak-anak dan 8.190 wanita, sementara 67.317 orang terluka, menurut pihak berwenang Palestina.[rri]