Pitutur Hoegeng: Bertutur

TRANSINDONESIA.co | Pitutur bisa dimaknai sebagai petuah atau keteladanan, bisa juga dimaknai spirit maupun moralitas. Pitutur dari pak Hoegeng Iman Santosa merupakan suatu kekuatan integritas seorang polisi bernama Hoegeng yang memiliki iman yang sentosa. Integritas itu ditunjukan pak Hoegeng dalam pikiran, perkataan dan perbuatan secara konsisten hingga akhir hayatnya. Pitutur Hoegeng hingga kini masih bertutur dan relevan dalam ruang dan waktu yang berbeda di masa hidupnya. Sespim Lemdiklat Polri bersama seniman dan budayawan akan membuat suatu gerakan moral membangun literasi tentang Hoegeng Iman Santosa, yang merupakan bagian dari program pembelajaran di Sespim yaitu :  leader branding, leader heritage, dialog kebangsaan. Selain itu juga untuk mendukung pak Hoegeng sebagai pahlawan nasional.

Gerakan moral melalui : pitutur hoegeng bertutur ini menjadi wadah bagaimana apresiasi terhadap pak Hoegeng Iman Santosa sebagai polisi yang bersahaja. Mengapa pak Hoegeng begitu kuat dengan komitmennya ? Mungkin ini pertanyaan mendasar bagi banyak orang. Pak Hoegeng bukan superman, beliau manusia biasa seperti kita, namun ajaran dari keluarga, pendidikannya, kesadarannya sebagai polisi, dukungan dari istri dan putra putrinya, ini mungkin sebagai pilar kekuatannya.

Pitutur pak Hoegeng akan direspons atau bertutur melalui karya karya seniman dan budayawan dalam bentuk : sastra, rupa, nada, suara, gerak atau gabungan dari semua itu. Dari kaca mata saya, setidaknya ada 10 point penting yang bisa menjadi acuan bagi para seniman dan budayawan bertutur tentang pitutur pak Hoegeng.

10 Point “Hoegeng Iman Santosa” Orang Baik dan Orang Penting:

1. Menginspirasi dari pikiran perkataan dan perbuatannya

2. Konsisten dengan komitmennya memegang teguh imannya yang sentosa

3. Pendidikan dalam keluarga, sekolah dan lingkungan yang membentuk karakternya

4. Pecinta seni

Lukis, musik, public speaking

5. Mencintai dan bangga sebagai polisi, pelopor di bidang road safety, petugas profesional dalam reserse maupun intelejen

6. Menjalankan keutamaan sebagai seorang polisi bagi :

a. Kemanusiaan

b. Keteraturan sosial

c. Peradaban

7. Sikap dan implementasi anti korupsi dalam hidup dan kehidupannya sebagai polisi maupun di dalam keluarga

8.  Bekerja dengan sikap tulus, jujur, baik dan benar

9. Tegar dengan sikapnya yang didukung oleh keluarganya walau lingkungan menggerus dan memberi tekanan berat sekalipun

10. Tetap bersahaja walau dipensiundinikan pada usia 49 th

Hoegeng Iman Santosa: polisi yang seniman dan seniman yang polisi. Beliau dikenal sebagai polisi yang jujur tegas bersahaja dan humanis. Itu semua landasan seni dan budaya yang dicintainya dan pak Hoegeng jadikan bagian dari kehidupannya sebagai polisi. Melukis, main musik, bernyanyi, aktif sebagai penyiar radio menjadi hobi yang ditekuninya.

Hakekat polisi dalam pemolisiannya adalah berupaya untuk memanusiakan atau nguwongke yang bermakna terwujud dan terpelihara keteraturan sosial bagi meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Penyelenggaraan tugas polisi yang mampu memberikan jaminan keamanan dan rasa aman akan mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial yang menjadi ikon peradaban.

Seni budaya merupakan jembatan hati pikiran perkataan bahkan perbuatan bagi semakin manusiawinya manusiawi. Seni dalam nada suara rupa bahkan rasa menjadi bagian kehidupan masyarakat untuk penyeimbang atau solusi duka lara. Dengan demikian seni merupakan suatu kesatuan antara jiwa pikiran dan raga yanga ada dalam semua gatra kehidupan bagi manusia sebagai mahkluk sosial untuk dapat bertahan hidup tumbuh dan berkembang. Seni dalam kehidupan masyarakat menjadi tanda adanya hidup yang beradab.

Polisi dalam pemolisiannya bukan sebatas melindungi mengayomi melayani dan menegakkan hukum melainkan juga sebagai penjaga kehidupan, pembangun peradaban sekaligus pejuang kemanusiaan. Di sinilah seni budaya menjadi bagian yang terintegrasi antara polisi dan masyarakatnya melalui berbagai model atau pola pola pemolisian. Apa yang dimaksud dengan pola pola pemolisian, model atau gaya pemolisian dibangun melalui model atau prinsip prinsip yang mendasar dan berlaku umum bagi : kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban bisa sama, namun implementasinya dapat bervariasi menyesuaikan corak masyarakat dan kebudayaannya.

Jendral Hoegeng berkesenian bukan ikut ikutan, melainkan adanya kesadaran bahwa tugas polisi itu memanusiakan atau nguwongke tadi sehingga seni budaya menjadi landasannya. Ada pepatah mengatakan jangan harap memiliki polisi yang sehat kalau masyarakatnya sakit. Namun perdebatan ini sama dengan memperdebatkan mana duluan antara ayam dengan telur. Pak Hoegeng menyadari itu kalau polisi lah yang semestinya menjadi pelopor kesehatan bagi masyarakatnya. Apa yang ingin ditunjukkan di sini adalah “janganlah menyapu memakai sapu yang kotor” karena itu sama saja akan menularkan kekotoran. Seni budaya bagi pak Hoegeng Iman Santosa menjadi kekuatan luar biasa untuk menjadi polisi yang pantas dan benar, layak dan menyelamatkan. Pak Hoegeng menjaga idealismenya seperti namanya dengan Iman yang Santosa mampu dilakoni hingga akhir hayatnya.

Pitutur dan apa yang dirintis pak Hoegeng terus menginspirasi banyak kalangan dan diakui sebagai oase dalam padang kerinduan anti korupsi. Pak Hoegeng layak diteladani bagi generasi muda yang cinta bangga akan bangsanya sebagai patriot melalui para seniman dan budayawan pitutur pak Hoegeng akan terus betutur yang tak lekang oleh labirin ruang dan waktu. Pak Hoegeng bukan sebatas milik Polri melainkan menjadi aset dan kebanggaan bangsa ini yang layak dikatakan sebagai polisi yang humanis, penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang kemanusiaan sebagai role model bahkan pahlawan anti korupsi.**

 

Malam Tegal Parang 080224

Share