Semakin Banyak Negara Desak Gencatan Senjata di Gaza

TRANSINDONESIA.co | Seruan sejumlah sekutu dekat Israel untuk segera memberlakukan gencatan senjata di Gaza semakin meningkat, seiring dengan semakin gencarnya serangan Israel terhadap Hamas.

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron dan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, menyerukan “gencatan senjata yang berkelanjutan” di Gaza dalam sebuah artikel bersama yang diterbitkan di surat kabar Inggris, Sunday Times. “Israel tidak akan memenangkan perang ini jika operasinya menghancurkan prospek hidup berdampingan secara damai dengan Palestina,” tulis keduanya.

Dalam kunjungannya ke Israel hari Minggu (17/12), Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menyerukan “gencatan senjata segera” yang bertujuan untuk membebaskan lebih banyak sandera, memasukkan lebih banyak bantuan ke Gaza, dan bergerak menuju “permulaan dari solusi politik.” Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan seorang karyawannya tewas dalam serangan Israel ke sebuah rumah di Rafah pada hari Rabu (13/12). Mereka mengutuk serangan yang katanya menewaskan sejumlah warga sipil, dan menuntut klarifikasi dari pihak berwenang Israel.

Menhan AS Melawat ke Israel

Israel juga menghadapi tekanan untuk mengurangi operasi tempur berskala besar di Gaza ketika Menteri Pertahanan Amerika Llyod Austin melawat ke Israel mulai hari Senin (18/12), mengingat Amerika telah dengan tegas mengatakan semakin tidak nyaman dengan jatuhnya korban sipil; meskipun masih tetap memberi dukungan militer dan diplomatik yang penting pada Israel.

Berbicara dalam program “This Week” di stasiun televisi ABC, Senator AS Chris Van Hollen mengatakan ada “tingkat korban sipil yang sangat tinggi yang tidak dapat diterima” di Gaza, dan menegaskan Amerika melihat “aturan keterlibatan (rules of engagement) yang sangat longgar” di sana. “Kita perlu memastikan bahwa nilai-nilai Amerika tercermin dalam hal ini selama kita menyediakan semua peralatan ini (bagi Israel),” tegasnya.

Turki Minta AS Ajak Israel ke Meja Perundingan

Sebuah sumber diplomatik di Turki mengatakan, dalam sebuah pembicaraan telpon hari Minggu, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan meminta Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken, agar menggunakan pengaruhnya terhadap Israel untuk menghentikan serangan Israel ke Gaza dan Tepi Barat. Fidan mengatakan kepada Blinken bahwa Israel harus diajak duduk di meja perundingan untuk membahas solusi dua negara setelah gencatan senjata penuh tercapai.

Paus Kecam Pembunuhan Dua Perempuan yang Berlindung di Gereja

Sementara Paus Fransiskus, yang berbicara di jendela yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus hari Minggu (17/12), mengatakan Israel telah menggunakan taktik “terorisme” di Gaza, dan mengecam pembunuhan dua perempuan Kristen yang berlindung di Patriarkat Latin Yerusalem, otoritas Katolik di Tanah Suci.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, patriarkat itu mengatakan penembak jitu Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membunuh kedua wanita itu dan menembak tujuh orang lainnya saat mereka mencoba melindungi orang lain. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa insiden tersebut masih dalam proses penyelidikan.

Demonstran Minta Netanyahu Intensifkan Negosiasi Untuk Bebaskan Sandera

Dalam perkembangan lain sejumlah pengunjuk rasa di Israel menekan pemerintah Netanyahu untuk memperbarui negosiasi penyanderaan dengan para penguasa Hamas di Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam konferensi pers hari Sabtu (16/12) mengatakan ia sangat sedih dengan penembakan yang tidak disengaja oleh militer Israel terhadap tiga sandera, yang keluar dari persembunyiannya dengan bertelanjang dada dan mengibarkan bendera putih. Ia menyebut konflik Israel-Hamas sebagai perang eksistensial yang harus diperjuangkan hingga menang, meskipun ada tekanan dan biaya yang harus dikeluarkan. Ditambahkannya, setelah perang, Gaza akan didemiliterisasi dan berada di bawah kendali keamanan Israel.

Netanyahu juga mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk mengamankan pembebasan para sandera yang tersisa adalah lewat tekanan militer yang kuat terhadap Hamas.

Terowongan Hamas

Tentara Israel hari Minggu mengatakan telah menemukan terowongan Hamas terbesar di Jalur Gaza yang hanya beberapa ratus meter di dekat penyeberangan Erez, yang digunakan Israel untuk mengetahui dan memeriksa para pekerja Palestina dan mereka yang melakukan perjalanan untuk mendapatkan perawatan medis.

Menurut seorang fotografer AFP yang diberi akses ke terowongan itu, terowongan tersebut cukup lebar sehingga memungkinkan kendaraan kecil melintas di dalamnya. Lorong bawah tanah tersebut merupakan bagian dari jaringan cabang terowongan yang lebih luas, yang membentang lebih dari empat kilometer dan berada dalam jarak 400 meter dari penyeberangan perbatasan Erez, kata militer Israel dalam sebuah pernyataan. “Jutaan dolar diinvestasikan dalam terowongan ini. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun terowongan ini … Kendaraan dapat melewatinya,” kata juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, kepada para wartawan.

Lorong-lorong terowongan seperti sarang lebah ini memiliki sistem drainase, listrik, ventilasi, saluran pembuangan, dan jaringan komunikasi serta rel-rel kereta.

Tentara Israel juga mengatakan telah menemukan sejumlah besar senjata yang tersimpan di dalam terowongan dan siap digunakan dalam serangan.

Pasukan militer Israel di Jabalia juga menemukan sebuah pintu masuk di kamar tidur anak-anak yang mengarah ke terowongan Hamas. Video dari penemuan tersebut diposting secara online.

Keberadaan terowongan-terowongan tersebut telah menjadi tantangan bagi para insinyur Israel, yang khawatir jaringan tersebut dapat menyembunyikan sandera yang ditahan oleh Hamas.

Israel Buka Kerem Shalom

Perlintasan Kerem Shalom antara Israel dan Gaza dibuka untuk truk-truk bantuan pada hari Minggu, yang pertama kali sejak pecahnya perang 7 Oktober lalu. Beberapa pejabat mengatakan langkah ini bertujuan untuk melipatgandakan jumlah makanan dan obat-obatan yang menjangkau warga sipil yang sangat membutuhkan di daerah kantung tersebut.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pernyataan hari Minggu mengatakan stafnya berpartisipasi dalam misi kesehatan PBB ke Rumah Sakit Shifa di bagian utara Gaza Sabtu lalu (16/12), mengirimkan obat-obatan dan perlengkapan bedah, peralatan bedah ortopedi, serta bahan dan obat bius. Fasilitas itu “berfungsi minimal,” kata WHO, beroperasi dengan staf yang terdiri dari “hanya segelintir dokter dan beberapa perawat, bersama dengan 70 sukarelawan.” Ditambahkannya, “puluhan ribu orang yang mengungsi” telah berlindung di gedung dan halaman rumah sakit.

Timur Tengah memanas sejak para pejuang Hamas menyerbu ke kota-kota terdekat Israel pada tanggal 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 240 orang. Israel melancarkan serangan balasan lewat darat dan udara, yang menurut Kementrian Kesehatan Palestina telah menewaskan hampir 19.000 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Israel mengatakan 121 tentara tewas sejak kampanye serangan darat pada 27 Oktober lalu ketika tank dan pasukan infantrinya menyerbu kota-kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi. [em/jm]

 

Sumber: Voaindonesia

Share