Uni Eropa Serukan Perpanjangan Gencatan Senjata di Gaza

TRANSINDONESIA.co | Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell menyerukan perpanjangan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas ketika delegasi dari negara-negara anggota Uni Eropa dan negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara bertemu pada hari Senin (27/11/2023) di Barcelona.

“Jeda ini harus diperpanjang agar hal ini berkelanjutan dan bertahan lama sambil mengupayakan solusi politik,” kata Borrell.

Mengacu pada dimulainya perang setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, Borrell menyatakan “satu kengerian tidak dapat membenarkan kengerian yang lain.”

Empat puluh dua delegasi berkumpul pada acara yang diselenggarakan oleh Persatuan Mediterania itu, dan banyak yang diwakili oleh menteri luar negeri mereka.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Borrell, dan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.

Israel tidak menghadiri pertemuan tersebut, yang dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar menjadi forum kerja sama antara Uni Eropa dan dunia Arab.

“Israel memiliki tempat di Persatuan Mediterania, dan saya dengan tulus berharap bahwa kita akan memiliki Israel lagi dalam pertemuan ini di masa depan,” kata Borrell, menyoroti ketidakhadiran mereka.

Ia juga mengulangi kecamannya atas serangan Hamas sambil menyerukan Israel untuk mengakhiri serangannya secara permanen, yang menurutnya telah merenggut nyawa lebih dari 5.000 anak.

Jeda permusuhan antara Israel dan Hamas berlanjut pada hari Minggu dengan pembebasan sandera dan tahanan Palestina untuk hari ketiga berturut-turut.

Awalnya dijadwalkan selama empat hari dan tidak ada pihak yang menjelaskan secara jelas apa yang akan terjadi setelah Senin (27/11/2023).

Borrell juga menyoroti kekerasan di Tepi Barat dan mengatakan kekerasan itu disebarkan oleh “para pemukim ekstremis” di bawah perlindungan polisi dan militer Israel.

“Permukiman tersebut merupakan tanggung jawab keamanan terbesar Israel. Oleh karena itu, permukiman tersebut dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional,” tambah Borrell.

Persatuan Mediterania adalah organisasi antarpemerintah yang dibentuk oleh 27 anggota Uni Eropa dan 16 anggota dari wilayah Mediterania Selatan dan Timur termasuk Israel, Otoritas Palestina, Mesir, Lebanon, dan Yordania.

Pertemuan hari Senin seharusnya berfokus pada peran persatuan itu selama 15 tahun setelah pendiriannya, namun hal ini menjadi semakin penting sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan perang Israel yang terjadi di Jalur Gaza.

Uni Eropa adalah penyedia bantuan terbesar di dunia untuk Palestina. Hampir 1,2 miliar euro ($1,3 miliar) telah dialokasikan sepanjang tahun 2021 hingga tahun 2024. [voa]

Share