Krisis di Gaza: ‘Jika Genset Mati, Rumah Sakit akan Jadi Kuburan Massal’

TRANSINDONESIA.co | Seiring semakin hancurnya wilayah Jalur Gaza akibat serangan udara Israel, suasana penuh kekacauan di dalam Rumah Sakit Al-Shifa menjadi pengingat yang suram akan situasi di sana.

Fasilitas kesehatan yang kini menjadi suaka di tengah reruntuhan kota itu sedang bergulat menghadapi krisis yang mengancam, yaitu pemadaman listrik yang bisa merenggut banyak nyawa.

Nasser Bulbul, kepala departemen neonatal rumah sakit tersebut, menggambarkan dengan tajam situasi itu.

“Jika terjadi pemadaman listrik, bencana akan terjadi dalam waktu lima menit,” ujarnya.

“Sebagian besar kasus di unit neonatal bergantung pada aliran listrik dan sebagian besar dari mereka bergantung pada sistem pernapasan buatan,” ungkapnya.

Serangan tak berkesudahan ke Gaza meninggalkan jejak kehancuran, di mana jumlah korban tewas telah melampaui 1.417 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Jumlah mengenaskan itu mencakup perempuan, anak-anak, wartawan, petugas medis hingga pegawai PBB.

Gawatnya situasi di sana terlihat jelas, di mana fasilitas kesehatan hanya mampu beroperasi hingga tiga atau empat hari ke depan dengan bahan bakar yang masih tersisa, kata para pejabat.

Mohammad Abu Silmiya, direktur jenderal Kompleks Kedokteran Al-Shifa, mengatakan, “Jika genset mati, rumah sakit ini akan menjadi kuburan massal,” ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa lebih dari 120 pasien luka terhubung pada mesin ventilator, ditambah 1.000 pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) dan 50 bayi prematur dalam inkubator.

Jika krisis berlajut, “semua pasien ini pasti meninggal,” tambah Silmiya. [voa]

Share