Pemerhati Harap Waspadai Inflasi Pangan Tahun Depan

TRANSINDONESIA.co | Pemerintah harus mewaspadai potensi inflasi tinggi di pertengahan tahun depan, sebagai dampak fenomena El-Nino yang panjang di tahun 2023. Terutama inflasi pangan, karena ada penyesuaian waktu dari puncak El Nino ke puncak inflasi pangan.

“Dari trend El-Nino yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya,  puncak inflasi pangan akan terjadi 6 hingga 9 bulan dari puncak El Nino. Inflasi harga beras sebagai dampak El Nino,” kata Kepala Ekonom Permata Bank  Josua Pardede dalam Media Gathering Kementerian Keuangan di Puncak, Bogor,  Senin (25/9/2023).

Puncak inflasi pangan sebagai dampak El Nino inilah yang menjadi tantangan pemerintah di tahun 2024. Sementara dalam asumsi makro ekonomi di APBN 2024, pemerintah menargetkan laju inflasi sebesar  2,8 persen.

“Kita memproyeksikan inflasi tahun ini sedikit dibawah 3 persen, tapi di tahun depan inflasi diperkirakan akan sebesar 3,2  hingga 3,5 persen, tapi tetap managable.  Pemerintah harus tetap mengupayakan pengendalian inflasi dari beras, dengan impor dan meningkatkan produksi beras di dalam negeri,” ujar Josua.

Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional dan Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah melakukan pemantauan harga pangan. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Abdurohman.

“Untuk mengendalikan inflasi pangan dilakukan shifting dar daerah yang surplus (kelebihan) ke daerah yang shortage (kekurangan). Pemerintah daerah juga memberikan dukungan dengan subsidi transportasi,” kata Abdurohman.

Dengan mekanisme itu, tambah Abdurohman, diharapkan inflasi pangan dapat tetap terkendali. Hingga 15 September 2023, berdasarkan data Kementerian Keuangan, stok beras di Bulog sebanyak 1,5 juta ton, sebagian besar dari pengadaan melalui impor. [rri]

Share