Keberhasilan Cangkok Rahim Pertama di Inggris Buahkan Harapan Bagi Banyak Perempuan
TRANSINDONESIA.co | Seorang perempuan menjalani operasi pencangkokan rahim di Inggris. Ia menjadi orang pertama di negaranya yang menjalani prosedur itu.
Nama perempuan itu dirahasiakan. Media-media setempat hanya menyebutkan, perempuan itu berusia 34 tahun. Perempuan itu dilaporkan menjalani operasi pencangkokan di Sakit Churchill, Oxford pada bulan Februari, dan menerima organ tersebut dari saudara kandungnya yang berusia 40 tahun.
Richard Smith, salah satu ahli bedah di tim yang beranggotakan 20 orang yang terlibat dalam operasi tersebut, mengatakan perempuan itu saat ini dalam kondisi yang sangat diharapkan tim medis.
“Ia sudah mulai kembali mengalami periode menstruasi dan itu berarti prospeknya untuk memiliki bayi sangat tinggi. Ia perlu terus menjalani terapi imunosupresif untuk mengatasi penolakan terhadap keberadaan organ asing di tubuhnya dan diawasi secara ketat. Kami berharap bisa melakukan transfer embrio pada musim gugur mendatang,” jelasnya.
Keberhasilan operasi pencangkokan rahim itu dan kemungkinan perempuan tersebut mengandung bayi di rahim itu menimbulkan harapan besar bagi banyak perempuan yang kesulitan hamil, seperti Lydia Brain.
Brain menderita kanker dan terpaksa menjalani histerektomi, operasi pengangkatan rahim. Ia sampai saat ini masih memiliki keinginan untuk mengandung.
“Bisa mengandung anak saya sendiri dan memiliki pengalaman merasakannya, bisa menyusui dan bisa memiliki bayi yang baru lahir, adalah hal yang saya sangat inginkan. Setidaknya, sekali saja,” lanjutnya.
Operasi pencangkopkan rahim sudah banyak dilakukan. Pencangkokan rahim pertama di dunia dilakukan di Arab Saudi pada bulan April 2000 pada seorang perempuan berusia 26 tahun.
Di Amerika Serikat sendiri, pencangkokan rahim sudah beberapa kali dilakukan, dan sejumlah di antaranya berlanjut dengan kelahiran. Jennifer Gobrecht, adalah salah satu di antara mereka.
Sejak remaja, Gobrecht tahu bahwa ia terlahir tanpa rahim. Bagi tubuhnya, kehamilan dan kelahiran adalah hal yang mustahil. Namun pada November 2020, ia melahirkan Benjamin, bayi kedua di Amerika yang lahir dari rahim hasil cangkokan dari donor yang sudah meninggal.
Dari tahun 2016 hingga tahun 2021, tercatat ada 33 operasi cangkok rahim di AS – 21 berasal dari donor yang masih hidup, dan sisanya dari donor yang sudah meninggal.
Dari tahun 2016 hingga tahun 2021, tercatat ada 33 operasi cangkok rahim di AS – 21 berasal dari donor yang masih hidup, dan sisanya dari donor yang sudah meninggal.
Biaya cangkok rahim di AS sekitar 300.000 dolar, atau sekitar dua kali lipat dari biaya ibu pengganti atau biaya adopsi anak. [voa]