Umek di Tahun Polik: Seni dalam Politik dan Politik dalam Seni

TRANSINDONESIA.co | Umek bahasa Jawa yang menunjukan ada kesibukan tetapi bukan yang hakiki atau malah cenderung kontra produktif. Di tahun politik umek membuat umek atau memanas. Seolah politik segala galanya bahkan penuh dengan trik dan intrik untuk mempengaruhi publik. Politik merupakan suatu seni dalam memperebutkan mengelola dan memberdayakan maupun sumber daya melalui kekuasaan. Semestinya politik menjadi harapan rakyat bagi adanya kesejahteraan. Di dalam keumekan politik berdampak luas bagi kehidupan sosial kemasyarakatan.  Politik berkaitan dengan kekuatan dan kekuasaan untuk mendominasi dan domunan pada penguasaan sumberdaya. Konstitusi mengamanatkan bahwa sumber daya adalah bagi manusia dan kemanusiaannya agar meningkatnya kualitas hidup dan semakin manusiawinya manusia. Politik tentu bukan sebatas benar salah, baik buruk namun ada sisi hidup dan kehidupan manusia yang memberi harapan. Di sinilah seninya, politik bagai membuka kotak pandora mengatasi berbagai masalah membuka tabir harapan. Politik dan perpolitikannya di tahun politik dukung mendukung, pilih memilih, menggerakkan masa dan memarketingkan seolah membranding dirinya dengan janji jani dan programnya kalau terpilih nantinya. Semua itu hambar tatkala tanpa seni, bisa saja malah menjadi anarki. Dengan seni apa yang dipikirkan dikatakan diperjuangkan dapat dikemas, dimaknai melalui suatu pola yang terintegrasi bahkan berdampak citra positif  dan kepercayaan publik.

Bisa dibayangkan tatkala politik tanpa seni, primordialisme digunakan dalam politik identitas yang memaksakan. Seakan dalam politik sebatas ketamakan  bagi bagi kue kekuasaan.  Manusia dan kemanusiaan terabaikan lagi lagi kaum kebanyakan terlebih yang termarjinalkan hanya sebatas batu pijakan. Tidak lagi peduli peradaban, keteraturan sosial maupun kemanusiaan, yang penting menang, senang. Dengan seni akan ada politik membuat suatu legacy, yang tak hanya fisik namun juga literasi bahkan spiritualitas dalam tinta emas sejarah perjuangan bagi bangsa dan negara maupun rakyatnya. Seni di dalam politik akan menghidupkan banyak sumberdaya untuk dapat dikuasai dan diberdayakan sebagaimana semestinya yang terus hidup tumbuh dan berkembang. Religi tradisi budaya kekayaan alam sumber daya manusia dan banyak hal lain menjadi pilar kedaulatan. Daya tahan, daya tangkal bahkan daya saing adalah sesuatu yang menunjukan karakter dan keunggulan suatu bangsa. Seni dalam politik juga mengasah hati nurani politikusnya untuk peka peduli dan berbela rasa kepada rakyatnya. Seni menjembatani dari yang jelata hingga di singgasana. Keberpihakkannya kaum papa yang termarjinalkanpun akan nampak bahkan kuat dalam prosesnya.

Demikian sebaliknya politik dalam seni beragam dari nada suara cerita kata gerak hingga rupa semua ada. Di dalam seni politik diberikan cermin untuk keseimbangannya. Refleksi atas citranya. Bahkan kritikpun ada di sana dari plesetan parodi komedi kartun, karikaturpun bisa membuat sejuk dan menangkal anarkisme, premanisme. Semua ini merupakan tali jiwa komunikasi antara rasa dan hati manusia. Seni mengemas politik menjadi mesem ( tersenyum hati gembira), adem ayem ( tenteram dan damai ). Politik dengan kemasan  seni menunjukan kewarasannya, sekalipun menyentil kecil namun jleb tanpa harus dibumbui kebencian. Yang dikritik tidak marah namun mau merubah. Kuasa tidak lagi jumawa, tamak dan amarah seperti raksasa yang rakus siap menerkam rakyatnya. Para pemegang kuasa tatkala berani membuka diri dalam seni maka kebijakannya adalah bijaksana happy. Adanya politik menjadi mesem, adem ayem.

Seni di dalam politik menunjukan perpolitikan yang beradab yang mampu berjuang dan memperjuangkan bagi semakin manusiawinya manusia. Demikian sebaliknya dalam seni politik tidak lagi menjadi sesuatu untuk plesetan atau mbat mbatan (buli membuli). Politik dikemas dalam dialog  yang penuh cita rasa hati nurani. Politik fum penuh senyum hati gembira, menyadari tatkala topeng bopengnya akan merusak bahkan mematikan hidup dan kehidupan banyak orang. Tak mudah memang memadukannya namun di situlah hidup dan kehidupan dalam kekuatan jiwa manusia yang semakin meningkat kualitas hidupnya. Seni dan politik akan saling mengisi dan saling mewaraskan menyehatkan bahwa politik dan seni sama sama ikon peradaban. Chrysnanda Dwilaksana

Senja Maribaya 160823

Share