Jelang KTT NATO, Biden Tetap Enggan Jalur Cepat bagi Ukraina
TRANSINDONESIA.co | Presiden Joe Biden tetap yang paling enggan di antara para pemimpin negara anggota NATO lainnya untuk memberi Ukraina jalur cepat untuk bergabung dalam aliansi tersebut.
Hal ini akan menjadi perdebatan sengit dalam KTT NATO di Vilnius, Lithuania, pekan ini karena sebagian anggota menginginkan Ukraina segera menjadi anggota NATO begitu konfliknya dengan Rusia berakhir. Sebaliknya, Amerika ingin memperkuat Ukraina, dan mengumumkan rencana yang kontroversial, mengirim bom tandan.
Amerika akan mengirim ribuan bom tandan ke Ukraina untuk membantu negara itu bertahan dari agresi Rusia, demikian disampaikan pemerintahan Presiden Biden beberapa hari sebelum KTT NATO berlangsung di Vilnius, Lithuania.
Bom tersebut dilarang oleh lebih dari 100 negara karena mampu membunuh tanpa pandang bulu di area yang luas. Bahkan, bom tersebut tetap aktif selama bertahun-tahun.
Ukraina yang kekurangan artileri telah meminta bom ini selama berbulan-bulan, kata Duta Besar Ukraina untuk Amerika, Oksana Markarova, kepada VOA.
“Kami perlu membebaskan sebanyak mungkin wilayah, dan kami membutuhkan semua kemampuan untuk melakukannya. Itu sebabnya kami membutuhkan bom tandan, dan kami sangat bersyukur bahwa hari ini Amerika Serikat membuat keputusan untuk memberikannya kepada kami,” ujarnya.
Tetapi apa yang diinginkan Ukraina dari KTT Vilnius adalah jalur cepat untuk bergabung dalam NATO begitu perang dengan Rusia berakhir, kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Zelenskyy mengatakan, “Kami mengharapkan hasil positif atau setidaknya beberapa langkah menuju hasil yang positif. Ini sangat penting untuk keamanan seluruh dunia.”
Presiden Joe Biden enggan memberikan Ukraina jalur cepat. “Mereka harus memenuhi standar yang sama. Jadi, saya tidak akan membuatnya lebih mudah.”
Menerima Ukraina sebagai anggota NATO melalui jalur cepat bisa dilihat sebagai undangan untuk konflik dengan Rusia yang bersenjata nuklir, ujar penasihat keamanan nasional Amerika, Jake Sullivan.
“Presiden juga sudah mengatakan dengan tegas bahwa kita akan mendukung Ukraina selama yang dibutuhkan dan memberi mereka senjata dan kemampuan dalam jumlah yang luar biasa, baik dari kita maupun memfasilitasinya dari sekutu dan mitra. Tetapi, kita tidak ingin memulai Perang Dunia III,” kata Sullivan.
Jalur cepat bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO dapat menyeret aliansi tersebut ke dalam konflik langsung dengan Rusia. Ini akan memaksa Amerika mengirim pasukannya untuk berperang, sesuatu yang telah berulang kali dijanjikan Biden, tidak akan dilakukannya. [voa]