TRANSINDONESIA.co | Oleh : Irjen Pol Chrysnanda Dwilaksana
Disrupsi menjadi suatu tanda bahwa setiap ruang dan waktu dinamis dan ada sesuatu yang dapat menjadi inspirasi akan hal baru dan kebaruan. Disrupsi dalam sekolah pemimpin bukan produk othak athik gathuk, penjumlahaan, pengurangan perkalian, pembagian hingga mistik atau interpertasi angka dalam tafsir mimpi.
Disrupsi dalam sekolah pemimpin adalah segala sesuatu yang dianggap biasa tatkala di maknai dikemas dapat menjadi sesuatu yang sarat makna dan luar biasa.
Pemimpin itu sang pemimpi, pemikir yang memerlukan adanya kepekaan, kepedulian dan bela rasa bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban. Apa siapa bagaimana di mana hingga mengapa bisa menjadi cara penghubungnya atau konstruksi maupun dekontruksi.
Cara melihat atau cara memperlakukan ini yang menjadi sangat penting untuk mengatasi atau menghadapi disrupsi. Perubahan begitu cepat, namun aturan dan orang kebanyakan hingga birokrasinya sangat lambat.
Bahkan nampak enggan berubah. Kaum yang sudah menikmati ata mapan dan nyaman akan terus mempertahankan status quonya. Pendekatan materi mengalahkan yang ideal bahkan membuat yang aktual berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang sebagaimana mestinya.
Pemimpin dalam kepemimpinannya terefleksi pada kebijakannya yang bijaksana. Sekolah bagi sang pemimpim dapat dikatakan suatu sinergitas atas jiwa, raga dan rasa yang diajarkan dalam suasana bahagia dengan penuh kesadaran yang semuanya saling berkesinambungan.
Di era digital, seakan dunia dialihkan menjadi virtual yang didigitalkan. Tatkala cara cara manual masih menjadi kebanggaan cepat atau lambat bahkan secara tiba tiba dunia virtual sudah akan menggeser kemapanannya. Era serba cepat, dituntut adanya pelayanan yang prima.
Para calon pemimpin dan sekolah pemimpim seakan gerah, ada yang masa bodoh, namun ada benih benih yanh mau untuk menghadapi disrupsi.
Kaum yang siap menyambut disrupsi sudah jauh jauh hari menyiapkan diri masuk ke dunia virtual. Pelayanan publikpun sudah mulai dengan cara cara digital. Tidak menafikan yang manual atau konvensional, namun kekuatan virtual mau tidak mau akan mendominasi.
E-learning dalam sekolah pemimpin tentu saja sejalan dan mendukung E-goverment atau sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) menjadi model dalam tata kelola pembelajaran bagi para peserta didik. E-goverment akan di dukung dengan E-banking dan E-policing yang bersinergi dalam memberikan sistem pelayanan yang prima kepada publik. Efektifitas dan efisiensi sistem elektronik ada pada sistem inputing data, analisa data dan produk yang muncul dalam algoritma yang berupa info statistik, info gravis maupun info virtual menjadi panduannkurikulum pembelajaran.
Pemimpin dalam kepemimpinannya akan dicatat rekam jejak kebijakan hingga prestasinya yang dari waktu ke waktu dapat diakses secara real time, on time dan any time. Kesiapan sumber daya pemimpin dan anggotanya yang mengawaki sistem sistem digital menjadi hal yang paling mendasar. Selain itu juga didukung kesiapan aturan sebagai payung hukum hingga panduannya, selain itu kesiapan infra struktur dengan sistem sistem pendukungnya dalam standar pelayanan prima.
Apa yang menjadi unggulan atau karakter di era digital adalah adanya back office, application dengan artificial intellegence, dan network yang berbasis IoT yang mampu mewujudkan one stop service (sistem pelayanan terpadu satu pintu) yang berbasis data. Era digital adalah era yang berbasis data. Tanpa data tidak dapat berbuat apa apa. Budaya data adalah budaya era digital.
Era digital juga era media, yang menjadi ruang komunikasi, korrdinasi, bahkan untuk memanage hingga memberikan informasi. Media seakan menjadi ruang penghubung yang menjembatani berbagai kepentingan untuk berbagai kepentingan. Agar kepentingan yang dimaksudkan dapat tercapai maka media ini perlu ditata dimanage.
Memanage media bisa menggunakan prinsip prinsip dasar management yang dikenal POAC (planning organizing actuiting and controlling). Planing merupakan pembuatan grand design yang menjawab dan mejabarkan atas pertanyaan pertanyaan: apa bagaimana di mana siapa hingga mengapa menggunakan media.
Dari sini dapat dipelajari algoritma media apa yang menjadi pola atau kesukaan dari siapa yang menjadi sasarannya. Sehingga dapat dibuat rancang bangun pesan yang akan disampaikan termasuk bagaimana dan siapa yang akan menyampaikan.
Kekuatan media pada jejaring dan dukungan dari para viewer hingga orang orang yang menyukainya. Hal ini berdampak pada citra, labeling dan rating. Ini bisa menjadi semacam gethok tular, sesuatu yang berantai. Penyebaran konten atau isi dari pesan yang akan disampaikan secara reguler atau periodik ini juga kekuatan media. Topik yang sama dilakukan terus menerus pada frekwensi yang sama akan mempengaruhi opini publik.
Tentu cara pengemasan yang menarik fun menghibur kekinian dan dpat dipercaya. Cara memaknai mengemas dan memarketingkan merupakan satu rangkaian yang saling mendukung dan mempengaruhi.
Era digital berdampak pada post truth, berita yang menyesatkan atau pembodohan pengadudombaan ujaran kebencian, itu dikemas sedemikian rupa membuat publik percaya. Hal yang fakta dan kebohongan yang diviralkan melalui berita hoax by design. Bukan tiba tiba tetapi ada yang mengolah dan menjadikan ruang media menyampaikan kepentingan kepentongannya demi mencapai tujuannya.
Di era demokrasi kebebasan mengkritik dan penyampaian pendapat diperbolehkan. Namun apa yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan. Media dibera digital menjadi ruang bebas bahkan saking bebasnya nilai etika ditabrak semua hingga dilabel netizen paling buruk tata kramanya. Tatkala sesuatu yang provokatif dimintakan pertanggungjawaban muncul kembali kemasan pembrangusan.
Dahulu perang bintang, perang adu kekuatan, sekarang perang media. Adu konten dan upaya pencerdasan maupun standar berita menjadi dasar counter hoax. Media yang tanpa keteraturan bisa dianalogikan kawasan kumuh sarat berita sampah.
Tatkala yang masuk diruang itu tanpa pengetahuan atau pemahaman yang cukup dan main telan dan ikut menyebarkan ini yang berbahaya. Kepentingan apa saja bisa diolah di media. Meme, vlog, dll, menjadi pioihan. Dari religi, seni, tradisi, hobby, komuniti hingga teknologi ada di sana. Memanage media membangun citra untuk dapat menata dan menggunakan berita bagibpencerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Era digital era smart management. Manajemen yang cerdas adalah manajemen fungsional yang mampu memberikan pelayanan yang prima. Yang didukung dengan sistem elektronik secara terpadu dan saling terhubung (on line). Di dalam pelayanan kepolisian dapat dikategorikan pelayanan : keamanan, keselamatan, hukum, administrasi, informasi dan kemanusiaan yqng dilaksanakan secara aktual namun didukung secara virtual.
Di era digital polisi yang smart managemet dimulai dari :
1. Sistem monitoring pemetaan dan berbagai bentuk pengawasan dengan cctv kamera kamera pada drone dsb, yang termonitor pada back office sebagai operation room. Yang dapat dilihat srcara real time. Sistem minitoring data diambil dari bagian inputing data yang digunakan untk menganilasa wilayah sesuai dengan kebutuhan maupun pengkategorianya. Aman, rawan 1 , rawan 2, dst.
2. Sistem informasi komunikasi dan laporan atau pengaduan dari masyarakat yang bersifat aduan atas gangguan pelanggaran kejahatan sampai hal kontijensi.
3. Sistem reaksi cepat yang terintegrasi antara kepokisian, rumah sakit, ambulance, pemadam kebakaran, dan PLN merupakan bagian untuk bergerak secr terintegrasi dengan skala prioritas.
4. Patroli virtual dan aktual untuk memberikan keamanan dan rasa aman bagi warga masyarakat. Dengan berbagai infornasi dan solusinya.
5. Pelayananpelayanan publik dikerjakan secara online dan aktual untk keamanan, keselamatan, hukum, informasi, administrasi maupun untk kemanusiaan.
6. Pengimplementasian program kepolisian pada birokrasi maupun pada masyarakat. Kegiatan kegiatan ini akan tertata dan terkoneksi serta terkontrol dlm sistem online.
Smart management bagi kepolisian siber menjadi keunggulan atas pemberdayaan IT, sistem one gate service dan berbagi quick response timenya. Smart management ini akan mampu memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi secara prima. [cdl]
Fajar Tegal Parang 090723