TRANSINDONESIA.co | Ribuan orang berdemonstrasi di Australia pada Minggu (2/7) untuk mendukung upaya pengakuan warga pribumi dalam konstitusi menjelang referendum di paruh terakhir tahun ini. Sebelumnya, dukungan terhadap upaya ini sempat turun.
Referendum tersebut akan mengamandemen konstitusi Australia dan mendirikan badan pertimbangan yang disebut Suara Warga Pribumi di Parlemen agar warga suku Aborigin dan pulau Torres Strait Islander bisa menyampaikan secara langsung pendapat mereka atas kebijakan-kebijakan yang akan mempengaruhi mereka.
Pemerintah Australia di bawah pimpinan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dari Partai Buruh, mendukung amandemen itu.
Pada Minggu (2/7), Dewan Layanan Sosial Australia mencuit foto para peserta pawai di Sydney mengenakan kaus bertuliskan “Pilih Ya” dan topi bertuliskan “Pernyataan Uluru”, yang merujuk pada dokumen inti yang menyerukan pembentukan Suara Pribumi.
Ye23, kelompok yang menyelenggarakan 25 pawai di seluruh Australia, mengatakan kepada Reuters bahwa ada sekitar 3.000 orang yang menghadiri pawai di Sydney saja. Jumlah keseluruhan peserta bisa mencapai 25 ribu orang.
“Acara-acara komunitas adalah kesempatan bagi orang-orang untuk datang bersama dan mendapat informasi berharga tentang pentingnya referendum yang sukses tahun ini,” kata Direktur Kampanye Yes23, Dean Parkin, dalam sebuah pernyataan.
Para penentang referendum itu termasuk dari sejumlah kalangan masyarakat pribumi, yang mengatakan proposal itu kurang terperinci dan akan memecah-belah Australia.
Hari aksi itu muncul setelah dukungan terhadap referendum mulai memudar, menurut sebuah jajak pendapat. Berdasarkan jajak pendapat itu, respon yang mengatakan “tidak” untuk pertama kalinya mencapai 51% dibanding yang berpendapat sebaliknya, sebanyak 49%.
“Kami tidak terlalu fokus pada jajak pendapat. Yang kami fokuskan adalah pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut keluar ke lapangan dan berbicara dengan orang-orang,” kata Direktur Yes23, Rachel Perkins, kepada stasiun televisi ABC, Minggu.
Etnis suku asli atau pribumi, mencapai 3,8% dari jumlah penduduk Australia, mengalami banyak ketimpangan, termasuk diskriminasi, kesehatan dan Pendidikan yang buruk serta tingkat penahanan karena kasus kriminal yang tinggi. [voa]