WMO: Lonjakan Rekor Suhu Dunia Diperkirakan Terjadi dalam Lima Tahun ke Depan
TRANSINDONESIA.co | Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan suhu global tampaknya akan melonjak ke tingkat rekor dalam lima tahun ke depan, di mana suhu akan mencapai lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri selama sedikitnya satu tahun.
Sekjen WMO Petteri Talaas mengatakan, “Kami memperkirakan dalam lima tahun mendatang kita akan mencapai 1,15 derajat Celsius, tetapi dalam 15-20 tahun mendatang mungkin akan ada fitur iklim yang lebih permanen.” Ditambahkannya, “ sebenarnya tidak ada jalan kembali ke masa lalu yang indah karena kita sudah memiliki konsentrasi karbon dioksida yang begitu tinggi dan telah meningkatkan konsentrasi metana di atmosfir.”
CO2, metana dan gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global merupakan pendorong utama perubahan iklim. Meskipun banyak gas rumah kaca muncul secara alami, aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasinya di atmosfir.
Talaas mengingatkan tren negatif kemungkinan akan berlanjut hingga tahun 2060an dan kemudian “kembali ke tingkat normal yang mungkin memakan waktu bahkan ribuan tahun karena kita sudah memiliki konsentrasi karbon dioksida yang tinggi” di atmosfir.
Para pakar meteorologi memperkirakan perubahan paling dramatis akan terjadi di Kutub Utara, di mana pemanasannya sangat tinggi dan suhunya diperkirakan tiga kali lebih tinggi dibanding rata-tara global dalam lima tahun mendatang.
Talaas mengingatkan bahwa hal itu akan menimbulkan dampak besar pada sistem lingkungan.
“Kami memperkirakan akan ada perubahan dalam perikanan dan pencairan permafrost, di mana hal ini akan berdampak besar pada infrastruktur.” Ia mencatat banyaknya pemukiman yang dibangun di atas permafrost, “seperti jalur kereta api, jalan raya, pipa gas, dan sebagainya; dan mereka akan terancam punah karena tingkat pemanasan yang tinggi ini.”
Laporan WMO memperkirakan pola curah hujan dalam lima tahun ke depan akan menghasilkan peningkatan curah hujan di Sahel, bagian utara Eropa, Alaska dan bagian utara Siberia, dan mengurangi curah hujan di Amazon dan beberapa bagian Australia. [voa]